Ikhlas Karena Allah
Written By admin on Friday, February 10, 2012 | 9:23 PM
Keikhalasan ada ketika Anda mengutamakan keridhaan Allah daripada
keridhaan manusia Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang
orang lain. Bila orang itu menuntun pada keridhaan Allah, sungguh kita
sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu memakai kekuasaannya untuk
memaksa kita bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wata'ala. Di sinilah
keikhlasan kita diuji antara memilih keridhaan Allah atau keridhaan
manusia yang mendominasi diri kita. Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah
karena Allah, Adalah ikhlas saat anda menyatakan cinta dan benci,
memberi atau menolak, ridha dan marah kepada seseorang atau sesuatu
karena kecintaan anda kepada allah dan keinginan membela agama-Nya,
bukan untuk kepentingan pribadi.
Keikhlasan hadir saat Anda sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah
ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimat-Nya di muka bumi meski
tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan
sudah di depan mata, dan amat sangat penuh dengan godaan dan ujian.
Hanya orang-orang yang mengharap keridhaan Allah yang bisa tegar
menempuh jalan panjang itu.
Dunia adalah ujian bagi seluruh penghuninya, terutama manusia yang
memang telah diciptakan dengan nafsu, akal, dan hati. Manusia yang
memang telah ditakdirkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala untuk menjadi
khalifah di muka bumi, tentu tidak akan ada yang dapat terlewat dari
jerat ujian dan cobaan hidup yang diberikan oleh Allah Subhanahu
Wata'ala. Artinya, sebuah perbuatan baru dikatakan sebagai perbuatan
yang ikhlas manakala tidak mengharapkan imbalan sekecil apapun, kecuali
hanya mengharapkan balasan dan ridho Allah Subhanahu Wata'ala. Hal ini
telah disampaikan oleh Allah swt di dalam Al Quran yang artinya:
“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah
dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami,
Allah akan memberikan kepada kami sebahagian dari karunia-Nya dan
demikian pula Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
berharap kepada Allah”, (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi
mereka).” (QS. At Taubah : 59)
Ikhlas, yaitu bersih dari segala bentuk pamrih dan harapan kepada selain
Allah swt, sebesar apapun pamrih dan harapan tersebut. Satu-satunya
harapan yang boleh dan wajib ada di dalam sebuah keikhlasan hanyalah
keridhoan Allah Subhanahu Wata'ala semata.
Pelajaran bahwa betapa pentingnya nilai sebuah keikhlasan, yakni berbuat
kebajikan tanpa pamrih kecuali hanya mencari ridho Allah Subhanahu
Wata'ala semata.. Ikhlas ini merupakan ruh ibadah kepada Allah Subhanahu
Wata'ala. Karena itu untuk mewujudkan ibadah yang berkualitas kepada
Allah Subhanahu Wata'ala. kita harus pandai-pandai menata niat. Niat
inilah yang akan membawa konsekuensi pada diterima atau tidaknya suatu
ibadah yang kita lakukan.
Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya perbuatan itu tergantung pada
niatnya, seseorang itu akan memperoleh apa yang telah diniatkannya.
Barang siapa hijrahnya itu karena Allah dan rasulnya, maka ia akan
memperoleh pahala dan barang siapa hijrahnya itu karena harta atau
wanita, maka ia akan memperoleh apa yang telah diniatkannya itu.” Memang
niat mudah diucapkan namun sukar untuk dipraktikkan. Saat kita punya
niat baik, maka saat itu juga iblis telah bersiap siaga untuk
menjerumuskan dan merusaknya. Padahal awalnya niat itu murni karena
Allah. Itulah sebabnya, Ibnu Qoyim mengatakan bahwa ikhlas itu
membutuhkan keikhlasan (al-ikhlashu yahtaju ilal ikhlash).
Niat itu bersarang dalam hati. Agar ia tetap terjaga utuh, seseorang
harus menata niatnya sebelum melakukan amal, ketika melakukannya, dan
sesudah selesai. Dan hal itu bisa dimiliki dengan melalui berbagai
latihan (riyadhah) mental yang intensif, yakni berusaha menata niat,
karena ia tidak akan serta merta bersih dengan sendirinya.
Yang perlu diwaspadai, iblis menggoda manusia sesuai dengan kualitas
ketaatannya kepada Allah. Semakin berkualitas seseorang kepada Allah,
maka akan digoda oleh iblis kelas berat.
Di sinilah pentingnya kita selalu memohon perlindungan kepada Allah
Subhanahu Wata'ala untuk menjaga niat.
Apalagi manusia memiliki nafsu yang cenderung mengarahkan kepada hal-hal
yang buruk dan jahat. Bila ia tidak diarahkan sebagaimana mestinya,
maka ia akan bekerja sama dengan iblis untuk merusak niat seseorang,
baik itu lewat penyakit ujub, riya, dan sum’ah.
Kunci ibadah adalah ikhlas. Dan ikhlas itu ada di dalam hati orang yang
melakukan amal tersebut. Maka sah atau tidaknya pahala amal itu,
tergantung pada niat ikhlas atau tidak hati pelakunya. Jika dalam
melakukan amal itu hatinya bertujuan untuk mendapat pujian dari manusia,
maka hal itu berarti tidak ikhlas. Akibatnya amal ibadah yang
diusahakannya tidak menerima pahala dari Allah.
Wallahu A'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar