Laman

Minggu, 01 April 2012

Kiai Makmur Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

PEMALANG - Tokoh ulama dan Bupati Pemalang yang hidup di masa revolusi (1906-1947), akan diusulkan menjadi pahlawan nasional. Untuk memulai proses itu, Pemkab melalui Kantor Kesejahteraan Sosial (Kesos) telah menyelenggarakan seminar membedah sejarah Kiai Makmur, Kamis (19/8) lalu.
Kepala Kesos Istianto mengatakan, saat ini nama tokoh itu baru dikenang masyarakat Pemalang dan sekitarnya sebagai pahlawan. Padahal, jasa-jasanya cukup besar bagi negara, terutama daerah Pemalang. "Oleh karena itu, kami adakan seminar untuk mengetahui sejauh mana tokoh tersebut, serta untuk menampung respons dan aspirasi masyarakat bila Kiai Makmur dikukuhkan sebagai pahlawan nasional," katanya kemarin.
Menurut buku Kiai Makmur yang ditulis Lektor Kepala pada Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Dr Suharto, Kiai Makmur ketika berumur 26 tahun pernah memimpin pesantren. Hal itu atas perintah KH Hasyim Asy'ari untuk mendirikan pesantren di tempat tinggalnya di Pelutan.
Santri pengikutnya datang dari berbagai daerah, di antaranya dari Grobogan (Purwodadi) yang bernama Tamyis. Kiai Makmur menikah dengan gadis bernama Samnah, anak H Mawardi, penghulu Taman yang berasal dari Tegal. Dulu dia tinggal serumah dengan mertuanya yang berada di sebelah selatan Masjid Jami Taman. Masjid itu berada di tepi jalan Beji-Banjardawa.
Memberi Kesadaran
Kiai Makmur diangkat sebagai Bupati Pemalang pada 30 Desember 1945, menggantikan Supangat yang ditangkap TKR dan dijebloskan ke penjara. Pengangkatannya sebagai Bupati ditandatangani Mr Sumarman, Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri yang saat itu berada di Yogyakarta.
Menurut staf pengajar Fakultas Sastra Undip Drs Agus Maladi Irianto MA, penulisan biografi Kiai Makmur oleh Dr Suharto, telah memberi kesadaran baru tentang ketokohan Kiai Makmur. Yaitu, sebuah sosok pribadi pemimpin pondok pesantren dan Bupati Pemalang.
Sejak lahir hingga meninggal karena dibunuh tentara Belanda, Kiai Makmur disebutkan sebagai tokoh yang berpendirian tegas dan konsekuen terhadap ucapan-ucapannya. "Namun, kehadiran seorang tokoh tidak bisa sengaja dipaksakan. Ia justru akan lahir sebagai anak kandung sejarah yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan dan fenomena sosial yang terjadi," katanya dalam seminar Kiai Makmur, Kamis (19/8).
Ditambahkan, seorang tokoh ideal tentu tidak sekadar diciptakan, tetapi justru lahir dengan sendirinya. Ia lahir karena prestasi maupun jasa-jasanya terhadap lingkungan masyarakat yang mendukung keberadaannya. (sf-74)

2 komentar: