Laman

Senin, 16 April 2012

Sejarah yang tenggelam di Petarukan

Pabrik Gula Pataroekan Pemalang 1926



Pabrik gula Petarukan adalah salah satu dari banyak pabrik gula di jawa yang didirikan oleh Kolonial Belanda.

Pabrik ini sempat tidak beroperasi namun dengan penetapan PP 41/1963, PENCABUTAN PERATURAN PEMERINTAH NO. 175 TAHUN 1961 (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1961 NO. 200) TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA KESATUAN PERINTIS, yang pada salah satu pasalnya mengatakan bahwa pabrik gula Petarukan dan Pagongan diserahkan kepada Perusahaan Perkebunan Gula Negara "Bajaratma", termasuk dalam Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1963 dan sampai saat itu pabrik masih beroperasi dan dibawah kendali PPGN Bajaratma.
Sekitar tahun 80-an, pabrik masih beroperasi, bahkan rel kereta untuk transportasi tebu dari desa ke pabrik masih ada bekasnya. Konon pabrik tutup karena hasil produksi sama modal nanam tebu udah gak sebanding, ya mungkin juga mesinnya udah tua gak layak beroperasi lagi (dari zaman Belanda).
Tentang keabsahan adanya pabrik gula petarukan adalah masih berdirinya bangunan kokoh yang sekarang digunakan untuk kantor UPT DPUK Kec. Petarukan. lokasi di dukuh VIII Kebonsari, Kelurahan Petarukan.
Jika saja waktu tahun 2000an pihak KORAMIL 0711/3 Petarukan tidak merobohkan bangunan peninggalan yang kayaknya dipakai oleh PENGGEDE PABRIK GULA sekelas Sinder barangkali sekarang masih ada, dan akan ada 2 gedung yang bentuknya sama dengan yang sekarang masih berdiri.















Ket.Gambar :
gmbr (1,2,dan 3) Lori Pengangkut Tebu
gmbr (4) Para Petani Menanam Tebu
gmbr (5) Mesin Pabrik Tebu
gmbr (6) Rumah Mandor Gula
gmbr (7) Pengarungan Gula Tebu
gmbr (8) Pabrik Tebu nampak dari Luar
gmbr (9) Para Petani Tebu
gmbr (10) Perumahan Karyawan Pabrik Tebu
gmbr (11-12) Suasana Komplek Pabrik Gula

Sejarah PENGADILAN AGAMA PEMALANG

Sejarah

BERAWAL DARI SEBUAH KEPRIHATINAN

Pasang surut perkembangan Pengadilan Agama Pemalang tidak terlepas dari perkembangan Sejarah Bangsa Indonesia, yang dahulunya bernama Raad Agama Kabupaten Pemalang berdasarkan Firman Raja Stbl 1882 No. 152 tanggal 19 Januari 1882 kemudian menjadi Pengadilan Agama Pemalang di bawah Departemen Agama RI dan terhitung mulai tanggal 30 Juni 2004 “Pengadilan Agama secara organisasi, administrasi dan finansial beralih dari Departemen Agama RI ke Mahkamah Agung RI” sebagaimana Keppres No. 21 Tahun 2004.

Lika-liku perkembangannya tentunya diikuti pula dengan lika-liku perkembangan kewenangan yang dari sebatas hanya menangani permasalahan-permasalahan Talak dan Cerai saja, kemudian berkembang pada permasalahan-permasalahan Perkawinan secara keseluruhan. Permasalahan-permasalahan seputar Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infak dan Shodaqah juga telah menjadi salah satu kewenangan absolutnya, dan terakhir semakin luas kewenangannya dengan masuknya permasalahan-permasalahan Ekonomi Syari’ah dengan segala pernak-perniknya sebagaimana tertuang dalam Undang-undang No. 3 Tahun 2006.

Perkembangan kewenangan ini, juga diikuti dengan perkembangan gedung dan semua sarana dan prasarananya.

Masa-masa awal berdirinya Pengadilan Agama Pemalang, segala aktifitas dan pengelolaan administrasi termasuk aktifitas persidangan dilakukan di Serambi Masjid Agung Pemalang kemudian beberapa kali pindah tempat di rumah kediaman Ketua atau Panitera Pengadilan Agama Pemalang yang saat itu menjabat, seperti di rumah KH. Arghubi – Pelutan (saat itu menjadi Ketua Pengadilan Agama Pemalang), kemudian di rumah KH. Sulaiman (Jl. A. Yani Utara – Sebelah Kantor Pos Pemalang), pindah lagi di rumah K. Slamet Churmain di Jl. Ketandan – Pemalang (saat itu menjadi Panitera Pengadilan Agama Pemalang).

Dari rumah K. Slamet Churmain kemudian pindah lagi di Jl. Protokol (sekarang Jl. Jend. Sudirman) dan terakhir di Jl. Jend. Sudirman Tengah No. 113 yang kesemuanya diperoleh dengan sistem sewa/kontrak.

Dari kondisi yang memprihatinkan ini, ternyata mengusik perhatian Pemerintah Kabupaten Pemalang, sehingga pada tahun 1971 – 1976 Pengadilan Agama Pemalang mendapat bantuan dalam hibah dari Pemerintah Kabupaten Pemalang sebuah tanah seluas 780 m2 dan bangunan yang terletak di Jl. Slamet No. 1A Pemalang (sekarang Jl. Tentara Pelajar No.2 Pemalang), yang secara resmi digunakan pemakaiannya pada tanggal 22 Juli 1978.

Pada tahun 1981/1982 melalui Daftar Isian Proyek Tahun Anggaran 1981/1982, Pengadilan Agama Pemalang mendapatkan memperoleh tanah seluas 1.000 m2 dan gedung beserta meubelairnya yang terletak di Jl. Tentara Pelajar No. 17 Pemalang. Adapun gedung baru dan fasilitas yang ada di dalamnya secara resmi digunakan pada tanggal 12 Juni 1982.

Pada tahun 2003, dari dana DIP Pengadilan Agama Pemalang Tahun 2003 dan sebagian dari bantuan Pemerintah Kabupaten Pemalang, Pengadilan Agama Pemalang mendapatkan tanah seluas 3.000 m2 yang terletak di Jl. Sulawesi – Pemalang yang pada Tahun Anggaran 2006 dan 2007 melalui DIPA Pengadilan Agama Tahun Anggaran 2006 dan 2007, Gedung Pengadilan Agama Pemalang beserta fasilitas yang ada di dalamnya dapat berdiri dengan megah.

PERIODISASI KEPEMIMPINAN

Sejak berdirinya Pengadilan Agama Pemalang (dulu Raad Agama Kabupaten Pemalang) hingga sekarang sudah banyak “tangan-tangan” yang berjasa berjuang untuk membangun dan meningkatakan peran, fungsi dan kedudukan Pengadilan Agama Pemalang di masyarakat, sehingga Pengadilan Agama Pemalang sebagai suatu lembaga pemerintah, dapat dipandang sebagai salah satu Institusi/Lembaga Peradilan yang berwibawa dan dihormati.

Berkat tangan kreatif para pimpinan didukung semangat karyawan-karyawannya lah yang menjadikan Pengadilan Agama Pemalang tetap eksis sampai sekarang sesuai tuntutan zaman. Dan dari awal berdirinya hingga sekarang, tercatat 21 pimpinan yang menorehkan “tinta emas”, dalam sejarah keberadaan Pengadilan Agama Pemalang, Beliau-beliau adalah :

1. KH. ARGHUBI ( 3 Januari 1947 s.d 30 April 1950 ).

2. Kyai MACHZUN ( 1 Mei 1950 s.d 31 Juli 1950 ).

3. R. MUCHTAR MUKTI ( 1 Agustus 1950 s.d 1 Juni 1953.

4. Kyai MUHAMMAD MUHDI ( 1 Juni 1953 s.d 24 Maret 1958).

5. K.R.H. MUHAMMAD MAHFUD ( 24 Maret 1958 s.d 9 Juni 1959).

6. K.R. NUR SALIM ( 9 Juni 1959 s.d 1 Januari 1962 )

7. K.H. JOHAN MUHARI ( 1 Januari 1962 s.d 1 Agustus 1962).

8. K.H. MUHYIDIN ( 1 Agustus 1962 s.d 1 September 1962 ).

9. K.H. ZAWAWI ( 1 September 1962 s.d 31 Oktober 1964 ).

10. K.H. JOHAR MUHARI ( 1 September 1964 s.d 30 Maret 1965 )

11. K.H. SOBROWI ( 1 April 1965 s.d 1 Juni 1971 )

12. K.H. Drs. MURA`IN ( 1 Juni 1971 s.d 31 Maret 1976)

13. MOH MAKMURI ( 10 April 1976 s.d tahun 1978 )

14. MUCHTAR, B.A ( 2 Januari 1978 s,d. tahun 1980 )

15. Drs. ABDUL MANAN ( 1 November 1981 s.d tahun 1990 ) sekarang Hakim Agung pada Mahkamah Agung RI

16. Drs. SYAMSUL FALAH, S.H. ( Tahun 1990 s.d 4 Pebruari 1999 ) sekarang Wakil Ketua PTA Semarang.

17. Drs. HASAN BISRI, S.H ( 4 Februari 1999 s.d 1 April 2000 ) sekarang Panitera Perdata Agama pada Mahkamah Agung RI

18. Drs. DJAMHURI RAMADHAN, S.H. ( 1 April 2000 s.d 29 Juli 2002 ) sekarang Hakim Tinggi pada PTA Semarang.

19. Drs. IBRAHIM SALIM, S.H. ( 29 Juli 2002 s.d 13 April 2004 ) sekarang Hakim Tinggi pada PTA Semarang.

20. Drs. H. WIYOTO, S.H ( 13 April 2004 s.d 4 Mei 2007) sekarang Hakim Tinggi pada PTA Semarang.

21. Drs. H.M. ARIFIEN BUSTAM, MH ( 4 Mei 2007 s.d akhir Oktober 2010). sekarang HakimTinggi PTA Pontianak

PENGADILAN AGAMA PEMALANG, MENATAP MASA DEPAN

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sedikit banyak menuntut aparat Lembaga Peradilan Agama untuk meningkatkan kemampuan dan kemauan yang tinggi dan mempersiapkan kapasitasnya terutama yang berhubungan dengan kewenangan Pengadilan Agama yang semakin luas, tidak terkecuali Sumber Daya Manusia (SDM) di Pengadilan Agama Pemalang.

Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya, Pengadilan Agama Pemalang didukung oleh 32 SDM yang handal yang terdiri atas :

1. Hakim (termasuk Ketua dan Wakil Ketua) 9 orang,
2. Panitera/Sekretaris 1 orang,
3. Kepaniteraan 6 orang,
4. Kesekretariatan 3 orang,
5. Kejurusitaan 4 orang,
6. Staf 2 orang,
7. Tenaga Tidak Tetap (Honorer) 7 orang

Dengan jumlah SDM yang sangat minim dan banyaknya perkara masuk yang ditangani (catatan redaksi : jumlah perkara yang masuk di Pengadilan Agama Pemalang rata-rata setiap tahunnya sejumlah 1.800 perkara) tidaklah menjadikan surut dan larut dalam keterpurukan serta menyerah pasrah dalam kekalahan, tapi sebaliknya keterbatasan ini dijadikan sebuah tantangan tersendiri disamping tantangan yang lain yaitu semakin kompleks-nya permasalahan yang berhubungan dengan kewenangan Pengadilan Agama Pemalang.

Oleh karenanya, dengan diberlakukannya Undang-undang No. 3 Tahun 2006 segenap pegawai Pengadilan Agama Pemalang menyambut dengan sebuah harapan dan optimisme yang tinggi dengan mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada untuk menjadi lebih handal dengan memperkuat kapasitas masing-masing baik SDM Tenaga Fungsional maupun SDM Tenaga Sturuktural Pengadilan Agama Pemalang yang lebih baik dalam bentuk pelatihan-pelatihan atau kursus-kursus juga pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih memadai.

Walaupun tantangan dan hambatan ke depan semakin berat, namun manakala melihat Visi Pengadilan Agama Pemalang yaitu : “Tegaknya Supremasi Hukum dan Terciptanya Peradilan yang Mandiri, Bersih, Berwibawa dan Dihormati” dan dengan tegak melangkah pasti berpijak pada Misi Pengadilan Agama Pemalang yaitu : “Terselenggaranya Pelayanan Masyarakat secara Prima di Bidang Penegakan Hukum dan Keadilan, serta Terselenggaranya Peradilan yang Sederhana, Cepat dan Biaya Ringan”, maka seberat apapun rintangan itu dan sesulit apapun hambatan itu, kan sirna oleh sebuah Keniscayaan untuk Menyongsong Masa Depan yang Lebih Baik. Jaya Pengadilan Agama Pemalang ! ! !

( Azimar Rusydi, S.Ag – Koresponden Wil. Pekalongan )

Sumber Tulisan :

1. Sejarah Pengadilan Agama Pemalang oleh Drs. Abdul Manan

2. Selayang Pandang Pengadilan Agama Pemalang .


GEDUNG KANTOR PENGADILAN AGAMA PEMALANG
JL. TENTARA PELAJAR NO. 2 PEMALANG


GEDUNG KANTOR PENGADILAN AGAMA PEMALANG
JL. TENTARA PELAJAR NO. 17 PEMALANG



GEDUNG KANTOR PENGADILAN AGAMA PEMALANG
JL. SULAWESI - No.9A PEMALANG
Tep : (0284) 321178
alamat E-Mail : pa_pemalang@ymail.com
ALamat Website : www.pa-pemalang.go.id

Pemutakhiran Terakhir (Senin, 13 Juni 2011 09:21)
KETUA PENGADILAN AGAMA


Drs. H. Ali Masykuri H, SH
Ketua PA Pemalang
 

Jumat, 13 April 2012

Bung Karno dan Politik Minyak Kita

Oleh: Anton Dwisunu Hanung Nugrahanto pada 26 Mar 2012 18:01
Bung Karno dan Politik Minyak Kita

"Jangan Dengarkan Asing..!!"

Itulah yang diucapkan Bung Karno di tahun 1957 saat ia mulai melakukan aksi atas politik kedaulatan modal. Aksi kedaulatan modal adalah sebuah bentuk politik baru yang ditawarkan Sukarno sebagai alternatif ekonomi dunia yang saling menghormati, sebuah dunia yang saling menyadari keberadaan masing-masing, sebuah dunia co-operasi, "Elu ada, gue ada" kata Bung Karno saat berpidato dengan dialek betawi di depan para mahasiswa sepulangnya dari Amerika Serikat.

Pada tahun 1957, perlombaan pengaruh kekuasaan meningkat antara Sovjet Uni dan Amerika Serikat, Sovjet Uni sudah berani masuk ke Asia pasca meninggalnya Stalin, sementara Mao sudah ambil ancang-ancang untuk menguasai seluruh wilayah perbatasan Sovjet Uni dengan RRC di utara Peking. Bung Karno sudah menebak Amerika Serikat dan Sovjet Uni pasti akan rebutan Asia Tenggara. "Dulu Jepang ngebom Pearl Harbour itu tujuannya untuk menguasai Tarakan, untuk menguasai sumber-sumber minyak, jadi sejak lama Indonesia akan jadi pertaruhan untuk penguasaan di wilayah Asia Pasifik, kemerdekaan Indonesia bukan saja soal kemerdekaan politiek, tapi soal bagaimana menjadiken manusia yang didalamnya hidup terhormat dan terjamin kesejahteraannya" kata Bung Karno saat menerima beberapa pembantunya sesaat setelah pengunduran Hatta menjadi Wakil Presiden RI tahun 1956. Saat itu Indonesia merobek-robek perjanjian KMB didorong oleh kelompok Murba, Bung Karno berani menuntut pada dunia Internasional untuk mendesak Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia "Kalau Belanda mau perang, kita jawab dengan perang" teriak Bung Karno saat memerintahkan Subandrio untuk melobi beberapa negara barat seperti Inggris dan Amerika Serikat.

"Gerak adalah sumber kehidupan, dan gerak yang dibutuhkan di dunia ini bergantung pada energi, siapa yang menguasai energi dialah pemenang" Ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan energi sebagai puncak kedaulatan bangsa Indonesia, pada peresmian pembelian kapal tanker oleh Ibnu Sutowo sekitar tahun 1960, Bung Karno berkata "Dunia akan bertekuk lutut kepada siapa yang punya minyak, heee....joullie (kalian =bahasa belanda) tau siapa yang punya minyak paling banyak, siapa yang punya penduduk paling banyak...inilah bangsa Indonesia, Indonesia punya minyak, punya pasar. Jadi minyak itu dikuasai penuh oleh orang Indonesia untuk orang Indonesia, lalu dari minyak kita ciptaken pasar-pasar dimana orang Indonesia menciptaken kemakmurannya sendiri".

Jelas langkah Sukarno tak disukai Amerika Serikat, tapi Moskow cenderung setuju pada Sukarno, ketimbang harus perang di Asia Tenggara dengan Amerika Serikat, Moskow memutuskan bersekutu dengan Sukarno, tapi perpecahan Moskow dengan Peking bikin bingung Sukarno. Akhirnya Sukarno memutuskan maju terus tampa Moskow, tampa Peking untuk berhadapan dengan kolonialis barat.

Di tahun 1960, Sukarno bikin gempar perusahaan minyak asing, dia panggil Djuanda, dan suruh bikin susunan soal konsesi minyak "Kamu tau, sejak 1932 aku berpidato di depan Landraad soal modal asing ini? soal bagaimana perkebunan-perkebunan itu dikuasai mereka, jadi Indonesia ini tidak hanya berhadapan dengan kolonialisme tapi berhadapan dengan modal asing yang memperbudak bangsa Indonesia, saya ingin modal asing ini dihentiken, dihancurleburken dengan kekuatan rakyat, kekuatan bangsa sendiri, bangsaku harus bisa maju, harus berdaulat di segala bidang, apalagi minyak kita punya, coba kau susun sebuah regulasi agar bangsa ini merdeka dalam pengelolaan minyak" urai Sukarno di depan Djuanda.

Lalu tak lama kemudian Djuanda menyusun surat yang kemudian ditandangani Sukarno. Surat itu kemudian dikenal UU No. 44/tahun 1960. isi dari UU itu amat luar biasa dan memukul MNC (Multi National Corporation). "Seluruh Minyak dan Gas Alam dilakukan negara atau perusahaan negara". Inilah yang kemudian menjadi titik pangkal kebencian kaum pemodal asing pada Sukarno, Sukarno jadi sasaran pembunuhan dan orang yang paling diincar bunuh nomor satu di Asia. Tapi Sukarno tak gentar, di sebuah pertemuan para Jenderal-Jenderalnya Sukarno berkata "Buat apa memerdekakan bangsaku, bila bangsaku hanya tetap jadi budak bagi asing, jangan dengarken asing, jangan mau dicekoki Keynes, Indonesia untuk bangsa Indonesia". Ketika laporan intelijen melapori bahwa Sukarno tidak disukai atas UU No. 44 tahun 1960 itu Sukarno malah memerintahkan ajudannya untuk membawa paksa seluruh direktur perusahaan asing ke Istana. Mereka takut pada ancaman Sukarno. Dan diam ketakutan.

Pada hari Senin, 14 Januari 1963 pemimpin tiga perusahaan besar datang lagi ke Istana, mereka dari perusahaan Stanvac, Caltex dan Shell. Mereka meminta Sukarno membatalkan UU No.40 tahun 1960. UU lama sebelum tahun 1960 disebut sebagai "Let Alone Agreement" yang memustahilkan Indonesia menasionalisasi perusahaan asing, ditangan Sukarno perjanjian itu diubah agar ada celah bila asing macam-macam dan tidak memberiken kemakmuran pada bangsa Indonesia atas investasinya di Indonesia maka perusahaannya dinasionalisasikan. Para boss perusahaan minyak itu meminta Sukarno untuk mengubah keputusannya, tapi inilah jawaban Sukarno "Undang-Undang itu aku buat untuk membekukan UU lama dimana UU lama merupaken sebuah fait accomply atas keputusan energi yang tidak bisa menasionalisasikan perusahaan asing. UU 1960 itu kubuat agar mereka tau, bahwa mereka bekerja di negeri ini harus membagi hasil yang adil kepada bangsaku, bangsa Indonesia" mereka masih ngeyel juga, tapi bukan Bung Karno namanya ketika didesak bule dia malah meradang, sambil memukul meja dan mengetuk-ngetukkan tongkat komando-nya lalu mengarahkan telunjuk kepada bule-bule itu Sukarno berkata dengan suara keras :"Aku kasih waktu pada kalian beberapa hari untuk berpikir, kalau tidak mau aku berikan konsesi ini pada pihak lain negara..!" waktu itu ambisi terbesar Sukarno adalah menjadikan Permina (sekarang Pertamina) menjadi perusahaan terbesar minyak di dunia, Sukarno butuh investasi yang besar untuk mengembangkan Permina. Caltex disuruh menyerahkan 53% hasil minyaknya ke Permina untuk disuling, Caltex diperintahkan memberikan fasilitas pemasaran dan distribusi kepada pemerintah, dan menyerahkan modal dalam bentuk dollar untuk menyuplai kebutuhan investasi jangka panjang pada Permina.

Bung Karno tidak berhenti begitu saja, ia juga menggempur Belanda di Irian Barat dan mempermainkan Amerika Serikat, Sukarno tau apabila Irian Barat lepas maka Biak akan dijadikan pangkalan militer terbesar di Asia Pasifik, dan ini mengancam kedaulatan bangsa Indonesia yang baru tumbuh. Kemenangan atas Irian Barat merupakan kemenangan atas kedaulatan modal terbesar Indonesia, di barat Indonesia punya lumbung minyak yang berada di Sumatera, Jawa dan Kalimantan sementara di Irian Barat ada gas dan emas. Indonesia bersiap menjadi negara paling kuat di Asia. Hitung-hitungan Sukarno di tahun 1975 akan terjadi booming minyak dunia, di tahun itulah Indonesia akan menjadi negara yang paling maju di Asia , maka obesesi terbesar Sukarno adalah membangun Permina sebagai perusahaan konglomerasi yang mengatalisator perusahaan-perusahaan negara lainnya di dalam struktur modal nasional. Modal Nasional inilah yang kemudian bisa dijadikan alat untuk mengakuisisi ekonomi dunia, di kalangan penggede saat itu struktur modal itu diberi kode namanya sebagai 'Dana Revolusi Sukarno". Kelak empat puluh tahun kemudian banyak negara-negara kaya seperti Dubai, Arab Saudi, Cina dan Singapura menggunakan struktur modal nasional dan membentuk apa yang dinamakan Sovereign Wealth Fund (SWF) sebuah struktur modal nasional yang digunakan untuk mengakuisisi banyak perusahaan di negara asing, salah satunya apa yang dilakukan Temasek dengan menguasai saham Indosat.

Sukarno sangat perhatian dengan seluruh tambang minyak di Indonesia, di satu sudut Istana samping perpustakaannya ia memiliki maket khusus yang menggambarkan posisi perusahaan minyak Indonesia, suatu hari saat Bung Karno kedatangan Brigjen Sumitro, yang disuruh Letjen Yani untuk menggantikan Brigjen Hario Ketjik menjadi Panglima Kalimantan Timur, Sukarno sedang berada di ruang khusus itu, lalu ia keluar menemui Sumitro yang diantar Yani untuk sarapan dengan Bung Karno, saat sarapan dengan roti cane dengan madu dan beberapa obat untuk penyakit ginjal dan diabetesnya, Sukarno berkata singkat pada Sumitro : "Generaal Sumitro saya titip rafinerij (rafineij = tambang dalam bahasa Belanda) di Kalimantan, kamu jaga baik-baik" begitu perhatiannya Sukarno pada politik minyak.

Kelabakan dengan keberhasilan Sukarno menguasai Irian Barat, Inggris memprovokasi Sukarno untuk main di Asia Tenggara dan memancing Sukarno agar ia dituduh sebagai negara agresor dengan mengakuisisi Kalimantan. Mainan lama ini kemudian juga dilakukan dengan memancing Saddam Hussein untuk mengakuisisi Kuwait sehingga melegitimasi penyerbuan pasukan Internasional ke Baghdad. Sukarno panas dengan tingkah laku Malaysia, negara kecil yang tak tau malu untuk dijadikan alat kolonialisme, namun Sukarno juga terpancing karena bagaimanapun armada tempur Indonesia yang diborong lewat agenda perang Irian Barat menganggur. Sukarno ingin mengetest Malaysia.

Tapi sial bagi Sukarno, ia justru digebuk Jenderalnya sendiri. Sukarno akhirnya masuk perangkap Gestapu 1965, ia disiksa dan kemudian mati mengenaskan, Sukarno adalah seorang pemimpi, yang ingin menjadikan bangsanya kaya raya itu dibunuh oleh konspirasi. Dan sepeninggal Sukarno bangsa ini sepenuhnya diambil alih oleh modal asing, tak ada lagi kedaulatannya dan tak ada lagi kehormatannya.

Sukarno menciptakan landasan politik kepemilikan modal minyak, inilah yang harus diperjuangkan oleh generasi muda Indonesia, kalian harus berdaulat dalam modal, bangsa yang berdaulat dalam modal adalah bangsa yang berdaulat dalam ekonomi dan kebudayaannya, ia menciptakan masyarakat yang tumbuh dengan cara yang sehat.

Bung Karno tidak hanya mengeluh dan berpidato didepan publik tentang ketakutannya seperti SBY, tapi ia menantang, ia menumbuhkan keberanian pada setiap orang Indonesia, ia menumbuhkan kesadaran bahwa manusia Indonesia berhak atas kedaulatan energinya. Andai Indonesia berdaulat energinya, Pertamina menjadi perusahaan minyak terbesar di dunia dan menjadi perusahaan modal yang mengakusisi banyak perusahaan di dunia maka minyak Indonesia tak akan semahal sekarang, rakyat yang dicekik terus menerus.

Pada Bung Karno, hendaknya jalannya sejarah Indonesia harus dikembalikan.


ANTON DWISUNU HANUNG NUGRAHANTO.

Senin, 09 April 2012

Ibu

CARA BERTTERIMA KASIH KEPADA IBU

Apakah Anda mengasihi Ibu Anda? Apakah Anda masih ingat betapa besar kasih sayangnya Ibu Anda? Dalam kehidupan ini, kasih sayang seorang ibu takkan pernah bisa lepas dari hari-hari kita.


Semenjak kita bayi, anak kecil, hingga menjadi seorang yang cukup dewasa, ibu selalu memberikan yang terbaik bagi kita. Dan tentunya ibu melakukan itu semua dengan penuh keikhlasan.Tetapi sangat disayangkan, kadang kita membalas kebaikan ibu dengan rasa terima kasih yang salah. Nah berikut ingin saya bagikan kepada anda, 23 Terima Kasih dari Anak kepada Ibunya :


Ketika berusia setahun, ibu suapkan makanan dan mandikan kita. Cara kita ucapkan terima kasih kepadanya hanyalah dangan menangis sepanjang malam.

Apabila berusia 2 tahun, ibu mengajar kita bermain. Kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan lari sambil tertawa apabila dipanggil.
Menjelang usia 3 tahun, ibu menyediakan makanan dengan penuh rasa kasih sayang. Kita ucapkan terima kasih kepadanya dengan menumpahkan makanan itu kelantai.
Ketika berusia 4 tahun, ibu membelikan sekotak pensil warna untuk kita. Kita berterima kasih dengan cara mencoret-coret dinding.
Berusia 5 tahun, ibu membelikan sepasang pakaian baru. Kita ucapkan dengan berputar-putar dalam tempat-tempat yang kotor.
Setelah berusia 6 tahun, ibu menggandeng tangan kita ke sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan menjerit; Tidak mau! Tidak mau!.
Saat berusia 7 tahun, ibu membelikan kita sebuah bola. Kita ucapkan terima kasih dengan memecahkan kaca teteangga.
Menjelang usia 8 tahun, ibu belikan kita es krim. Kita ucapkan terima kasih dengan menumpahkan es krim tersebut ke pakaian ibu.
Ketika berusia 9 tahun, ibu mngengantarkan kita ke sekolah. Kita ucapkan terima kasih dengan berlari meninggalkannya dan menuju ruang kelas.
Berusia 10 tahun, ibu menghabiskan waktu seharian menemani kita ketempat yang kita mau. Kita berterima kasih kepadanya dengan tidak bertegur sapa padanya.
Ketika berusia 12 tahun, ibu menyuruh mengerjakan PR. Kita ucapkan terima kasih dengan pergi menonton TV.
Menjelang usia 13 tahun, ibu memberikan pakaian yang menutup aurat. Kita ucapkan terima kasih dengan mengatakan; “ Pakaian itu sudah ketinggalan zaman”.
Ketika berusia 14 tahun, ibu mengantarkan kita memasuki sekolah lanjutan. Kita berterima kasih kepadanya dengan mengatakan; “ Tidak usah diantar,saya bisa sendiri”.
Memasuki 18 tahun, ibu menangis gembira ketika kita telah lulus dari sekolah menengah. Kita berterima kasih kepadanya dengan berpesta bersama teman dan meninggalkan ibu sendiri dirumah.
Ketika berusia 20 tahun, ibu bertanya kepada kita apaka ada teman istimewa?. Kita berterima kasih dengan berkata; “ Itu bukan urusan ibu”.
Setelah berusia 21 tahun, ibu memberika pandangan mengenai dunia kerja, kita malah berterima kasih dengan berkata ; “ Saya tidak mau bekerja seperti ibu “.
Saat berusia 22-23 tahun, ibu membelikan perabot baru untuk rumah kita, kita mengatakan, pilihan ibu tidak bagus, saya tidak suka.
Menjelang usia 24 tahun, ibu bertemu bakal menantu dan bertanya mengenai rancangan masa depan. Kita menjerit dan merungut, “ ibu,tolonglah..!”.
Ketika berusia 25 tahun, ibu bersusah payah menanggung biaya perkawinan kita, kita berterima kasih dengan meninggalkannya pergi bersama isteri kita.
Pada usia 30 tahun, ibu menelpon dan memberi nasehat dan petuah mengenai bayi kita, dan kita berterima kasih kepadanya dengan berkata: “ Itu dulu, sekarang zaman modern.”
Ketika berusia 40 tahun, ibu mengingatkan ada acara keluarga dikampung. Kita berterima kasih dengan berkata: “ Saya sibuk, tak ada waktu untuk datang...”.
Ketika berusia 50 tahun ibu jatuh sakit dan minta kita menjaganya, dan kitapun berterima kasih dengan mengatakan bahwa ibu dan bapak hanya menjadi beban bagi saya...
Dan kemudia kita mendapat berita tentang kematian ibu. Kabar itu bagai petir di siang bolong. Dalam lelehan air mata, barulah kita sadar arti seorang ibu bagi kita.

Pemalang Tea Slideshow Slideshow

Pemalang Tea Slideshow Slideshow: TripAdvisor™ TripWow ★ Pemalang Tea Slideshow Slideshow ★ to Peru. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor

Jumat, 06 April 2012

Cerita Rakyat dari Pemalang

Candi Joko Ripuh

Candi Joko Ripuh terletak di belakang Pasar Lama Petarukan,Pemalang. Candi ini tak seperti Candi pada Umum nya.Namanya Memang Candi Tapi bentuk nya hanya sebuah makam biasa. Di Candi itu lah dimakam kan Jenazah Raden Joko Ripuh yang bersumpah akan membela kebenaran dan ketertindasan Masyarakat Petarukan dan sekitarnya.
Berbeda dengan makam-makam pada umumnya,Candi Joko Ripuh Justru jarang dikunjungi .Meski sesekali ada seseorang yang datang mengunjunginya yang percaya bahwa makam tersebut memiliki daya Ghoib.

Raden Joko Ripuh adalah Pemuda kelahiran Desa Jimat di perbatasan Pemalang dan Pekalongan yang masih Keturunan Mbah Cempaluk yang Kondang di Pekalongan yang juga katanya msih Keponakan Sunan Kali Jaga. Sejak Kecil Raden Joko Ripuh sudah ditinggal mati Oleh kedua Orang tuanya,kemudian diasuh oleh Mbah Cempaluk dan Kanjeng Sunan Kali Jaga.
Didikan agama dan kemasyarakatan membentuk Pribadi Raden Joko Ripuh menjadi Pemudah yang Cerdas dan Gagah Berani.
Setelah dianggap dewasa,raden Joko Ripuh di perintah pergi mengembara.Tujuannya, untuk menambah ilmu kesaktian untuk membela Kebenaran dan ketertindasan.Semangat itu makin dirasa penting setelah datang nya Pasukan Belanda yang semakin ingin berkuasa di Tanah Jawa.
Dengan semangat Juang yang sangat besar,pergilah Raden Joko Ripuh ke Jawa Timur. Tidak lama kemudian, Ia mengabdi di Keraton  Surakarrta.Disana lah dia bertemu dengan saudara-saudaranya,yaitu :Raden Bahurekso,Raden Suro,dan Raden Ayu Samar. Ternyata Pengabdiannya tidak terasa nyaman, sebab Keraton Surakarta sidah dikuasai oleh Belanda. Terbukti Pengangkatan Punggawa atau pegawai harus dengan Persetujuan Belanda.
Hal itu menimbulkan tekad baru dibenak Raden Bahurekso untuk mengindar dari pengaruh Belanda.
Kemudian terjadilah kesepakatan diantara mereka untuk meninggalkan Keraton Surakarta guna menggalang kekuatan. Raden Suro menuju Dukuh Bonagung di Tegalarum (Tegal) Dan Raden Ayu Samar ke Dukuh Singrumung Wilayah Petarukan,Pemalang. Saat itu Raden Bahurekso dan Raden Joko masih bertahan di Keraton Surakarta guna mempelajari siasat Belanda.
Namun,gerak-gerik nya tercium oleh mata-mata Belanda. Mereka dianggap sulit untuk diajak Kompromi dan berbahaya karena memiliki kesaktian yang tangguh. Karena itu,Raden Bahurekso disingkirkan secara halus dengan ditugaskan jauh dari Keraton Surakarta. Kejadian itu mendorong Raden Joko untuk meninggalkan Keraton Surakarta tanpa pamit. Dengan Pemikiran,kapan-kapan pasti akan mengalami nasib yang sama dengan Raden Bahurekso.
Setelah menempuh perjalanan yang penuh rintangan,bertemulah mereka di Dukuh Jimat. Ternyata mempunyai maksud yang sama,yaitu hendak mengadukan nasib kepada Mbah Cempaluk. Mereka masih ingin melanjutkan Pengembaraan kemanapun. Niat nya ingin memperkaya pengalaman dan menggalang kekuatan. Hal itupun didukung oleh Mbah Cempaluk.
Pada waktu itu perjalanan darat masih banyak hambatan.,Lalu terpikirlah untuk membuat perahu atau sampan yang kokoh.sehingga dapat menyisir pantai dan menyusup sungai-sungai. Bahan kayu yang paling bagus untuk membuat perahu atau sampan itu adalah kayu Jatisari. Terdengar kabar ada Pohon Jatisari yang sangat besar di hutan Kedunglempung dekat Pemalang. Mendengar berita itu pun mereka jadi ingin menebang Pohon tersebut.
" Bersabarlah, kalian semua harus punya kekuatan lahir batin. Sebab hutan itu dihuni Jin dan Setan. Mereka harus ditundukan terlebih dahulu." Kata Mba Cempaluk dengan bijaksananya." Bagaimana caranya..??" Kata Raden Bahurekso tak sabar. " Tirakatlah untuk sementara disini,nanti ada saat nya kalian menebang pohon itu." Kata Mbah Cempaluk.
Selama Tirakat atau menyepi di suatu tempat yang bernama Jimat,mereka rajin mengaji Sambil menata kekuatan batin. Beberapa waktu kemudian,merekapun diberi ijin untuk menebang Pohon Jatisari tersebut. Mereka juga diberi senjata ampuh bernama Kiai Kudi (berbentuk seperti Celurit atau Sabit) untuk Raden Baurekso,dan Senjata Kiai Pendel untuk Raden Joko Rimpuh. Dengan Pusaka itulah mereka berhasil menebang Pohon Jatisari tanpa merusak Struktur kayu tersebut.
Batang nya dibuat perahu atau sampan,sedang dahan nya digunakan sebagai penambat sampan,cabang nya dibuat Jangkar dan Pucuk nya dibuat kenthongan. Dengan Perahu atau sampan itulah mereka menyisir Pantai dan menyusup ke sungai-sungai yang jauh dan berliku. Dengan maksud agar mendapatkan gambaran atau keadaan Wilayah Tanah Jawa dan mencari para Pendekar-Pendekar yang akan diajak untuk bergabung.
Samapailah mereka di Wilayah Cirebon yang sedang sibuk menggelar suatu acara adat atau tradisi setempat.

Gamelan Dari Tanah Djawa

Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari : Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk, Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab,, Siter, Suling.
Komponen utama alat musik gamelan adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan
Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa “gamel” yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran “an” yang menjadikannya sebagai kata benda.  Sedangkan istilah gamelan mempunyai arti sebagai satu kesatuan alat musik yang dimainkan bersama.
Tidak ada kejelasan tentang sejarah terciptanya alat musik ini. Tetapi, gamelan diperkirakan lahir pada saat budaya luar dari Hindu – Budha  mendominasi Indonesia. Walaupun pada perkembangannya ada perbedaan dengan musik India, tetap ada beberapa ciri yang tidak hilang, salah satunya adalah cara “menyanyikan” lagunya. Penyanyi pria biasa disebut sebagai wiraswara dan penyanyi wanita disebut waranggana.
Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka. Beliau adalah dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana yang berada di gunung Mahendra di daerah Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu).
Alat musik gamelan yang pertama kali diciptakan adalah “gong”, yang digunakan untuk memanggil para dewa. Setelah itu, untuk menyampaikan pesan khusus, Sang Hyang Guru kembali menciptakan beberapa peralatan lain seperti dua gong, sampai akhirnya terbentuklah seperangkat gamelan.
Pada jaman Majapahit, alat musik gamelan mengalami perkembangan yang sangat baik hingga mencapai bentuk seperti sekarang ini dan tersebar di beberapa daerah seperti Bali, dan Sunda (Jawa Barat).
Bukti otentik pertama tentang keberadaan gamelanditemukan di Candi Borobudur, Magelang Jawa Tengah yang berdiri sejak abad ke-8. Pada relief-nya terlihat beberapa peralatan seperti suling bambu, lonceng, kendhang dalam berbagai ukuran, kecapi, alat musik berdawai yang digesek dan dipetik, termasuk sedikit gambaran tentang elemen alat musik logam. Perkembangan selanjutnya, gamelan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan tarian. Sampai akhirnya berdiri sebagai musik sendiri dan dilengkapi dengan suara para sinden.
Gamelan yang berkembang di Jawa Tengah, sedikit berbeda dengan Gamelan Bali ataupunGamelan Sunda. Gamelan Jawa memiliki nada yang lebih lembut apabila dibandingkan denganGamelan Bali yang rancak serta Gamelan Sunda yang mendayu-dayu dan didominasi suara seruling. Menurut beberapa penelitian, perbedaan itu adalah akibat dari pengungkapan terhadappandangan hidup “orang jawa” pada umumnya.
Pandangan yang dimaksud adalah : sebagai orang jawa harus selalu “memelihara keselarasan kehidupan jasmani dan rohani, serta keselarasan dalam berbicara dan bertindak”. Oleh sebab itu, “orang jawa” selalu menghindari ekspresi yang meledak-ledak serta selalu berusaha mewujudkan toleransi antar sesama. Wujud paling nyata dalam musik gamelan adalah tarikan tali rebab yang sedang, paduan seimbang bunyi kenong, saron kendang dan gambang serta suara gong pada setiap penutup irama.
Penalaan dan pembuatan orkes gamelan adalah suatu proses yang sangat kompleks. Gamelan menggunakan empat cara penalaan, yaitu “sléndro”,  “pélog”,  ”Degung” (khusus daerah Sunda, atau Jawa Barat), dan “madenda” (juga dikenal sebagai diatonis), sama seperti skala minor asli yang banyak dipakai di Eropa.
  • Slendro memiliki 5 nada per oktaf, yaitu :  1 2 3 5 6 [C- D E+ G A] dengan perbedaan interval kecil.
  • Pelog memiliki 7 nada per oktaf, yaitu :  1 2 3 4 5 6 7 [C+ D E- F# G# A B] dengan perbedaan interval yang besar.
Komposisi musik gamelan diciptakan dengan beberapa aturan, yang terdiri dari beberapa putaran dan pathet, dibatasi oleh satu gongan serta melodinya diciptakan dalam unit yang terdiri dari 4 nada.
Dalam masyarakat Jawa, orkestra musik Gamelan biasanya disebut “Karawitan”. Berasal dari kata “rawit” yang berarti rumit, halus, kecil. Mengapa disebut demikian? Karena memainkan Karawitan memang tidak sekedar berfokus pada bunyi yang dihasilkan oleh alat musik, tapi juga harus dapat memahami kedalaman makna dari musik yang sedang dimainkan tersebut.Mengingat bahwa semua gendhing yang diciptakan berkorelasi dengan kehidupan manusia sehari-hari, misalnya: ada Gendhing yang merujuk pada keselamatan, ucapan syukur, permintaan, permohonan, dan sebagainya. Dengan memahami kedalaman tersebut maka sang pemain Gamelan dituntut untuk tidak memainkan alat-alat musik sekehendak hatinya, tetapi selalu berdasarkan konteks yang ada. Inilah sebabnya mengapa memainkan Gamelan seringkali dianggap “rumit”.
Seperangkat Gamelan biasanya terdiri dari beberapa alat musik. Dalam sebuah Karawitan biasanya terdapat minimal 15 instrumen yang berbeda. Alat-alat musik tersebut ada yang terbuat dari logam, besi, perunggu, kayu, bambu, dan kulit binatang.
Pada umumnya alat-alat musik yang terdapat dalam perangkat Gamelan terdiri dari:
1.    Counter-Melody, adalah alat-alat musik yangterdiri atas:
  • Gambang, adalah alat yang menyerupai instrument metallophone, tetapi  bilah-bilahnya terbuat dari kayu atau tembaga.
        
  • Suling, adalah alat musik tiup yang biasanya terbuat dari bambu. Dibedakan atas dua tipe: 1) suling dengan lima lubang (finger-holes) untuk laras Pelog; 2) suling dengan empat lubang untuk laras slendro

  • Rebab, adalah alat musik gesek yang dapat menghasilkan suara cukup keras
sumber suara dan cara membunyikan rebab :

rebab termasuk dalam kelompok alat music chordophone,yaitu alat music dengan sumber suara dawai atau senar. Sedangkan cara membunyikannya dengan cara digesak dawainya menggunakan alat penggesek khusus.

b.macam macam rebab dan cara penggunaanya

pada perangkat gamelan ageng lengkap,biasanya terdapat dua macam rebab yaitu rebab byur(polos) dan rebab pontong (plonthong).
Berdasarkan kebiasaan,rebab byur digunakan pada saatpenyajian komposisi music karawitan jawa yang berlaras pelog ,sedangkan rebab pontong digunakan pada saat penyajian komposisi music karawitan jawa yang berlaras slendro.

c.steman nada rebab

pada ricikan rebab terdapat dua dawai atau senar.untuk menyajikan komposisi music karawitan jawa yang berlaras slendro,pelog pathet nem dan pelog pathet barang,dawai ricikan rebab distem dengan nada nem(6) dan ro (2).sedangkan untuk penyajian komposisi music karawitan jawa yang berlara pelog pathet lima,dawai ricikan rebab distem dengan nada ji(1) dan ma (5)


  • Siter atau Celempung, adalah alat petik sejenis gitar tetapi memiliki senar yang lebih banyak.


2.    Drum, terdiri atas:
  • Bedug, adalah alat musik tabuh yang terbuat dari sepotong batang kayu besar yang telah dilubangi bagian tengahnya sehingga menyerupai tabung besar. Pada ujung batang yang berukuran besar ditutup dengan kulit binatang (biasanya kulit sapi, kerbau atau kambing). Bedug menimbulkan suara berat, rendah, tapi dapat didengar sampai jarak yang jauh.

·         Kendang, adalah alat musik tabuh menyerupai bedug tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil. Kendang biasanya dimainkan oleh pemain gamelan profesional. Kendang dapat dibagi menjadi empat berdasarkan ukuran dari yang terbesar sampai yang terkecil: Kendang Gending, Kendang Wayangan, Kendang Ciblon, dan Kendang Ketipung

Kendang, kendhang, atau gendang adalah instrumen dalam gamelan Jawa Tengah yang salah satu fungsi utamanya mengatur irama. Instrument ini dibunyikan dengan tangan, tanpa alat bantu.Jenis kendang yang kecil disebut ketipung, yang menengah disebut kendang ciblon/kebar. Pasangan ketipung ada satu lagi bernama kendang gedhe biasa disebut kendang kalih. Kendang kalih dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaran ,ladrang irama tanggung. Untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek. Kendang kebanyakan dimainkan oleh para pemain gamelan profesional, yang sudah lama menyelami budaya Jawa. Kendang kebanyakan di mainkan sesuai naluri pengendang, sehingga bila dimainkan oleh satu orang denga orang lain maka akan berbeda nuansanya.
sumber suara dan cara membunyikan kendhang: Kendhang termasuk dalam kelompok alat musik membrane phone,yaitu alat music dengan sumber suara selaput/membrane.secara umum,cara membunyikan ricikan kendhang adalah dengan dikebuk membrannya menggunakan telapak tangan atau jari jari tangan kanan dan kiri.
Menurut bukti sejarah, kelompok  membranofon telah populer di Jawa sejak pertengahan abad ke-9 Masehi dengan nama: padahipataha (padaha), murawaatau murabamrdanggamrdalamuraja,panawakahaladamarukendang. Istilah ‘padahi’ tertua dapat dijumpai pada prasasti Kuburan Candi yang berangka tahun 821 Masehi (Goris, 1930). Seperti yang tertulis pada kitab Nagarakrtagama gubahan Mpu Prapanca tahun 1365 Masehi (Pigeaud, 1960), istilah tersebut terus digunakan sampai dengan jaman Majapahit.
Penyebutan kendang  dengan berbagai nama menunjukkan adanya berbagai macam bentuk, ukuran serta bahan yang digunakan, antara lain : kendang berukuran kecil, yang pada arca dilukiskan sedang  dipegang oleh dewa , kendang ini disebut “damaru“. Bukti keberadaaan dan keanekaragaman kendang, dapat dilihat pada relief candi-candi sebagai berikut :
·                      Candi Borobudur (awal abad ke-9 Masehi), dilukiskan bermacam- macam bentuk kendang seperti bentuk : silindris langsing, bentuk tong asimetris, bentuk kerucut (Haryono, 1985; 1986).
·                      Candi Siwa di Prambanan (pertengahan abad ke-9 Masehi), pada pagar langkan candi, kendang ditempatkan di bawah perut dengan menggunakan semacam tali.
·                      Candi Tegawangi, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14), dijumpai relief seseorang membawa kendang bentuk silindris dengan tali yang dikalungkan pada kedua bahu.
·                      Candi Panataran, candi masa klasik muda (periode Jawa Timur), sekitar abad 14, relief kendang digambarkan hanya menggunakan selaput satu sisi dan ditabuh dengan menggunakan pemukul berujung bulat. Jaap Kunst (1968:35-36) menyebut instrumen musik ini ‘dogdog
Ada hal yang menarik mengenai asal muasal kendang ini, yaitu adanyakesamaan penyebutan dari sumber tertulis Jawa Kuna dengan sumber tertulis di India. Hal ini membuktikan bahwa telah terjadi  kontak budaya antara keduanya, termasuk dalam dalam bidang seni pertunjukan.
Namun, tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa  kendang Jawa adalah pengaruh kendang India. Karena instrumen musik jenis membranofon ini diperkirakan  telah ada sebelum adanya kontak budaya dengan India, yang digunakan pada acara-acara ritual. Pada jaman kebudayaan logam prasejarah di Indonesia (kebudayaan perunggu) telah dikenal adanya  “moko” dan  “nekara”. Nekara pada zamannya berfungsi sebagai semacam genderang.
Jenis instrumen membranofon lainnya adalah ‘bedug‘ dan ‘trebang‘. Istilah ‘bedug‘ dijumpai pada kitab yang lebih muda yakni Kidung Malat. Dalam Kakawin Hariwangsa, Ghatotkacasraya, dan Kidung Harsawijaya instrumen sejenis disebut dengan istilah “tipakan”. Selain itu ada istilah ‘tabang-tabang‘ dalam kitab Ghatotkacasraya dan kitab Sumanasantaka yang kemungkinan  berkembang menjadi istilah ‘tribang‘.
Jika data ini benar,  berarti yang sebut  “trebang”  maupun “bedhug” bukanlah  instrumen musik yang muncul  setelah masuknya kebudayaan Islam,  melainkan  telah ada sejak abad ke-12 M (Zoetmulder, 1983:317-395).
Jika dilihat dari ukurannya, kendang di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :
·                      Kendang berukuran kecil, jenis ini disebut sebagai  “ketipung”.
·                      Kendang berukuran sedang, disebut sebagai kendang “ciblon” atau “kebar”.
·                      Kendang berukuran besar, kendang jenis ini merupakan pasangan ketipung, yang dinamakan kendang gedhe, atau  biasa disebut sebagai “kendang kalih”. Kendang ini biasanya dimainkan pada lagu atau gendhing yang berkarakter halus seperti :  ketawang, gendhing kethuk kalih, dan ladrang irama dadi. Bisa juga dimainkan cepat pada pembukaan lagu jenis lancaranladrang irama tanggung.
·                      Khusus untuk wayangan ada satu lagi kendhang yang khas yaitu kendhang kosek.
Kendang, dimainkan hanya dengan menggunakan tangan, tanpa alat bantu lainnya. Ditangan para pemain gamelan professional yang sudah cukup lama menyelami budaya jawa,  kendang  adalah alat musik yang dimainkan dengan menggunakan naluri. Oleh sebab itu, selalu  ada perbedaan nuansa, bunyi,  tergantung kepada orang yang memainkannya.

3.    Gong, terdiri dari:


  • Gong yang digantung. Dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu:
    • Gong Ageng, adalah gong terbesar dalam Gamelan Jawa dan dipercaya sebagai “roh” dalam Gamelan. Oleh karena itu, gong ini sangat dihormati. Biasanya Gong Ageng ditempatkan di belakang Gamelan.

    • Kempul, adalah gong gantung yang memiliki ukuran lebih kecil dari Gong Ageng.

  • Gong yang diletakkan diatas tali yang direntangkan pada bingkai kayu (tempat yang terbuat dari kayu ini kadang disebut “Rancakan”). Dapat dibedakan dalam 4 (empat) jenis gong, yaitu:
    • Bonang, adalah satu set gong yang terdiri dari sepuluh sampai empat belas gong-gong kecil dengan posisi horizontal yang tersusun dalam dua deretan. Ada dua macam Bonang, yaitu:
      • Bonang Barung, yaitu Bonang berukuran sedang, beroktaf tengah sampai tinggi
      • Bonang Panerus, yaitu Bonang berukuran kecil tetapi titi nadanya lebih tinggi satu oktaf dibandingkan Bonang Barung.



a.sumber suara bonang
bonang termasuk dalam kelompok alat music idiophone ,yaitu alat music yang sumber suaranya adalah badan dari alat music itu sendiri.bonang sumber suaranya berupa pencon logam.

b.cara membunyikan bonang
cara membunyikan bonang adalah dengan dipukul pada bagian pencu dari setiap penconnya menggunakan dua tabuh yang dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri.

  • Kenong, adalah gong terbesar yang diletakkan diatas tali yang direntangkan pada bingkai kayu. Dalam beberapa Gamelan, satu bingkai kayu dapat berisi 3 (tiga) Kenong.

  • Ketuk dan Kempyang. Adalah gong-gong yang diletakkan di sebelah Kenong. Ketuk dan Kempyang selalu ditempatkan dalam sebuah kotak kayu


4.     Metallophones, adalah alat-alat musik berbentuk bilahan / lempengan yang terdiri dari enam  tau tujuh bilah, ditumpangkan pada bingkai kayu yang juga berfungsi sebagai resonator. Alat-alat musik ini dapat dibedakan menjadi  2 (dua) jenis, yaitu:
  • Saron, terdiri atas:
    • Saron Demung, yaitu alat musik dengan bilahan paling besar dalam keluarga Saron dan menghasilkan nada rendah. Titi nada Saron Demung lebih rendah satu oktaf dibanding Saron Barung. Saron Demung juga dapat dibedakan dalam 2 (dua) tipe: Demung Slendro dan Demung Pelog.
    • Saron Barung. Dibandingkan dengan Saron Demung & Saron Panerus, Saron Barung memiliki bilahan logam menengah (medium). Titi nadanya satu oktaf lebih rendah dari Saron Panerus dan satu oktaf lebih tinggi dari Saron Demung. Saron Barung juga dapat dibedakan dalam 2 (dua) tipe: Barung Slendro dan Barung Pelog.
    • Saron Panerus atau seringkali disebut dengan julukan Peking. Ini merupakan keluarga Saron yang paling kecil. Dibandingkan Saron Barung, Saron Panerus memiliki titi nada lebih tinggi satu oktaf. Saron Barung juga dapat dibedakan dalam 2 (dua) tipe: Panerus Slendro dan Panerus Pelog


a.sumber suara saron

saron termasuk dalam kelompok alat music idiophone,yaitu alamt music yang suber suaranya adalah badan dari alat music itu sendiri
sumber suara dari saron berupa bilah bilah logam.

b.cara membunyikan saron

cara membunyikan saron adalah dengan dipukul pada bagian tengah bilah bilahnya menggunakan satu tabuh.
  • Gender, adalah alat musik yang terdiri dari bilah-bilah metal yang ditegangkan dengan tali. Gender dapat dibedakan menjadi:
    • Slentem, adalah alat musik dengan bilah metal dan resonator terbesar dalam keluarga gender. Biasanya Slentem memiliki tujuh bilah dan memiliki titi nada satu oktaf dibawah Saron Demung

a.sumber suara slenthem

slenthem termasuk dalam kelompok alat music idiophone yaitu alat music yang sumber suara adalah badan dari alat music itu sendiri.
Sumber suara pada ricikan slenthem berupa bilah bilah logam.

b.cara membunyikan slenthem

cara membunyikan slenthem adalah dipukul pada bagian tengah bilah bilahnya menggunakan satu tabuh.

    • Gender, sumber suara dan cara membunyikan gender:
      Gender merupakan salah satu kelompok alat music idiophone,yaitu alat music yang sumber suaranya adalah badan dari alat music itu sendiri(bilah logam).adapun cara membunyikan ricikan gender adalah dengan dipukul pada bagian tengah permukaan bilah bilahnya menggunakan dua tabuh yang dipegang dengan tangan kanan dan tangan kiri. terdiri atas:
      • Gender Barung. Gender Barung memiliki bilah metal dengan ukuran sedang dalam keluarga Gender. Gender Barung memiliki titi nada satu oktaf lebih rendah dari Gender Panerus.
      • gender Panerus. Gender Panerus memiliki bilah-bilah yang paling kecil dalam keluarga Gender. Gender Panerus memiliki titi nada satu oktaf lebih tinggi daripada Gender Barung.


sumber: