Kamis, 31 Mei 2012
Sejarah Kabupaten Pemalang
Sejarah Kabupaten Pemalang
Keberadaan
Pemalang dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data
di dalam buku W. Fruin Mees yang menyatakan bahwa pada tahun 1575
Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa
dengan pimpinan seorang pangeran atau raja. Selanjutnya, Senopati dan
Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut,
termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah
vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Pemalang
dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah penting,
diperlihatkan dengan adanya jalan besar penghubung daerah pantai utara
dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang
dan Wiradesa.
Populasi penduduk sebagai
pemukiman di pedesaan berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa
meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak,
Cirebon dan kemudian Mataram. Pada masa itu, tahun 1575, Pemalang telah
berhasil membentuk pemerintahan tradisional dengan tokoh pimpinan
Pangeran Benawa yang berasal dari Pajang.
Pangeran Benawa hanya dapat
memerintah selama satu tahun, karena meninggal dunia dan dimakamkan di
Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).
Pemalang menjadi kesatuan
wilayah administrative pada tahun1622, saat pemerintahan R. Mangoneng,
Pangonen atau Mangunoneng dengan pusat pemerintahan di sekitar Dukuh
Oneng, Desa Bojongbata. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan
tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung.
Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat
dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan
bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan
melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.
Pada sekitar tahun 1652, Sunan
Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang
setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah
pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun
1678.
Menurut catatan Belanda pada
tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas
Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat
dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang
terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal
sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil
melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau
Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai
makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan
antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat.
Sementara itu pada bagian lain
dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825 -1830
dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan
yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri
dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari
1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan
dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat
hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825.
Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi
setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang
berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Dalam laporan yang terbit pada
awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan Kabupaten dari
karisidenan Pekalongan. Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat
di Desa Oneng dengan sisa peninggalan berupa dukuh Oneng, Desa
Bojongbata. Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua berada di Ketandan
dengan sisa-. sisa bangunan disekitar Klinik Ketandan (Dinas
Kesehatan). Sedangkan, Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kantor
kabupaten yang sekarang ini (berada dekat dengan Alun-alun Kota
Pemalang). Kabupaten Pemalang merupakan sisa dari bangunan yang
didirikan oleh Kolonial Belanda dan telah mengalami rehab menjadi
bentuk joglo.
Namun berdasarkan diskusi para
pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang
adalah tanggal 24 Januari 1575. Ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten
Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi
Kabupaten Pemalang.
Geografi
Ibukota kabupaten ini berada di ujung barat laut wilayah kabupaten, berbatasan langsung
dengan
Kabupaten Tegal. Pemalang berada di jalur pantura
Jakarta-Semarang-Surabaya, dengan jalan propinsi yang menghubungkan
Pemalang dengan Purbalingga.
Kabupaten Pemalang merupakan
salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di pantai
utara Pulau Jawa. Secara astronomis Kabupaten Pemalang terletak antara
109°17′30″ – 109°40′30″ BT dan 8°52′30″ – 7°20′11″ LS.
Dari Semarang (Ibu Kota
Provinsi Jawa Tengah), Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 Km ke arah
barat, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih
kurang 3 – 4 jam. Kabupaten Pemalang memiliki luas wilayah sebesar
111.530 km², dengan batas-batas wilayah :
• sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa.
• sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Purbalingga
• sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan.
• sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tegal.
Kabupaten Pemalang memiliki
topografi bervariasi. Bagian Utara Kabupaten Pemalang merupakan daerah
pantai dengan ketinggian berkisar antara 1 – 5 meter di atas permukaan
laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan
ketinggian 6 – 15 m di atas permukaan laut dan bagian Selatan merupakan
dataran tinggi dan pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan
ketinggian 16 – 925 m di atas permukaan laut. Wilayah Kabupaten
Pemalang ini dilintasi dua buah sungai besar yaitu Sungai Waluh dan
Sungai Comal yang menjadikan sebagian besar wilayahnya merupakan daerah
aliran sungai yang subur.
Pembagian administratif
Kabupaten Pemalang terdiri atas
14 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat
pemerintahan berada di Kecamatan Pemalang.
Keempat belas kecamatan di Kabupaten Pemalang yaitu:
1. Bodeh
2. Ulujami
3. Comal
4. Ampelgading
5. Petarukan
6. Taman
7. Pemalang
8. Bantarbolang
9. Randudongkal
10. Warungpring
11. Moga
12. Pulosari
13. Watukumpul
14. Belik
Kabupaten Pemalang kebanyakan
merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur
dalam bahasa Jawa dialek Tegal, sedangkan di bagian timur seperti di
Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa
Jawa dialek Pekalongan.
Jumat, 11 Mei 2012
Cara Mengatasi Mouse yang Hang
Cara Mengatasi Mouse yang Hang
ditulis oleh
Calovision on Selasa, 01 Februari 2011
Ide tulisan ini muncul saat istri saya memakai komputer kemudian mouse-nya mengalami hang. Sebagai seorang tunanetra saya tidak pernah menggunakan mouse dalam mengoperasikan komputer, karena screen reader yang saya pakai hanya akses untuk tombol keyboard. Sehingga saya tidak mengetahui kalau selama ini mouse di komputer saya sering mengalami hang.
Sejak kejadian itu, saya pun bertanya kepada teman yang hoby bongkar pasang komputer, tentang masalah mouse yang hang. Kemudian teman saya yang tak mau disebutkan namanya di sini tersebut memberikan cara mengatasi mouse yang hang, adapun caranya adalah sebagai berikut:
- Aktifkan Start Menu, dengan menekan tombol Windows pada keyboard.
- Pilih Run lalu tekan enter, kemudian ketik access.cpl, pada kotak isian sehingga akan terbuka jendela “Accessibility Options”.
- Tekan Ctrl-Tab sampai ke pilihan “Mouse”, lalu tekan Tab sampai “Use MouseKeys”, jika belum diberi tanda check, berilah tanda check dengan menekan tombol spasi.
- Tekan Tab lagi sampai “MouseKeys Setting: jika ingin mengubah setingan mouse. Namun jika tidak mengubah setingan mouse, lanjutkan menekan Tab sampai OK, lalu tekan enter.
- Selesai.
Namun jika cara di atas tidak berhasil, mungkin saja mouse-nya yang memang sudah rusak. Solusinya mouse tersebut harus di “LEM BIRU” alias di “LEMpar BelI yang baRU”. :D
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.
Rabu, 09 Mei 2012
Sejarah Perkembangan Tekstil di Pemalang
PT Texmaco, Dinamika Inovasi Teknologi (1)
Latar Belakang dan Sejarah
Marimutu Sinivasan, pendiri Texmaco Group, awalnya adalah seorang pedagang tekstil yang banyak melakukan impor tekstil dari India pada tahun 50-an. Karena aktivitas bisnisnya berjalan baik, dia lalu mendirikan pabrik pemintalan tradisional, bernama Firma Djaya Perkasa di Pekalongan, Jawa Tengah pada tahun 1961. Pabrik ini dilengkapi sekitar 300 peralatan tenun tangan tradisional yang dibeli dari pengrajin dan tukang-tukang kayu di sekitar Pekalongan. Sebagai kota yang akrab dengan aktivitas pemintalan, mesin-mesin pemintalan kayu tradisional bukanlah sesuatu yang baru di Pekalongan.
Karena aktivitas bisnisnya semakin berkembang dan permintaan pasar domestik terhadap tekstil demikian besar, pada tahun 1967 Marimutu Sinivasan kemudian memperluas aktivitas bisnisnya dengan membuka sebuah pabrik pemintalan baru di Pemalang. Pabrik ini juga dilengkapi dengan peralatan tenun tradisional untuk operasionalnya.
Selain karena kepiawaian Marimutu Sinivasan dalam menangkap sinyal perkembangan bisnis tekstil yang demikian menjanjikan, ekspansi bisnis ke Pemalang ini juga dimungkinkan karena lingkungan bisnis yang diciptakan oleh pemerintah Indonesia saat itu untuk industri tekstil benar-benar kondusif. Presiden Soeharto dengan teknokrat ekonominya pada awal orde baru mengadopsi strategi subsitusi impor (SI) sebagai strategi industrialisasinya. Untuk mendukung strategi SI ini banyak perubahan drastis diperkenalkan oleh pemerintah menyangkut kebijakan-kebijakan perdagangan dan investasi. Dan ini sangat terasa pada industri-industri yang berkenaan dengan kebutuhan dasar masyarakat seperti makanan, minuman dan tekstil. Industri tekstil misalnya, diberikan banyak sekali insentif untuk berkembang, seperti adanya bebas bea masuk untuk impor barang modal dan mesin peralatan serta disertai pula berbagai keringanan dan pembebasan pajak. Selain itu ekonomi Indonesia memang tumbuh pesat yang memungkinkan masyarakat memiliki pendapatan yang memadai. Semua hal ini punva peran penting dalam mendorong maraknya bisnis tekstil di Indonesia.
Karena prospek bisnis yang demikian menggairahkan, berbagai penyesuaian dilakukan oleh Marimutu Sinivasan. Pada bulan November 1970 misalnya, nama perusahaan dirubah dari Firma Djaya Perkasa menjadi TEXMACO JAYA (TJ). Texmaco adalah nama yang merupakan kependekan dari Textile Manufacturing Company. Sebuah nama yang mengandung nuansa internasional yang kental.
Sebagai respon terhadap demikian pesatnya permintaan akan produk tekstil di pasar domestik dan juga terdorong oleh berbagai insentif yang diberikan pemerintah, TJ pada tahun 1970 mengimpor mesin pemintal bekas dari Korea (Wang Pong) dan India (Sun Rise and Cooper) untuk pabrik di Pemalang dan Pekalongan. Disamping karena harganya yang relatif terjangkau, keputusan untuk mengimpor mesin pemintal bekas ini juga dipengaruhi oleh adanya kebijakan pemerintah di kurun 1971-1974, yang mendorong dan mengijinkan pengusaha-pengusaha di industri tekstil seperti Marimutu Sinivasan untuk mengimpor mesin-mesin tekstil bekas yang usianya dibawah 10 tahun.
Tahapan Perkembangan Kemampuan Teknologi di TPE
A. Asimilasi dari Mesin Tekstil Impor (1970-1979)
Karena sebelumnya hanya menggunakan mesin kayu tradisional dan belum memiliki banyak pengalaman dalam berinteraksi dengan mesin tekstil modern, manajemen TJ membentuk dua tim kecil, satu untuk pabrik yang di Pemalang dan satu lagi untuk pabrik yang di Pekalongan. Tim ini bertanggungjawab untuk mengoperasikan, merawat dan memelihara mesin tekstil yang baru diimpor ini di tiap lokasi.
Sesuai dengan kesepakatan, perusahaan India dan Korea yang menjual mesin tekstil ke Texmaco pada saat itu melakukan pembelajaran dan transfer pengetahuan dan teknologi kepada TJ berupa explicit knowledge. Explicit knowledge merupakan seperangkat ilmu atau pengetahuan yang telah tertuang atau terkodifikasi dalam bentuk dokumen atau tulisan yang bisa dibaca dan dipelajari. Informasi yang diberikan mengenai spesifikasi mesin dan berbagai petunjuk (manual) tentang bagaimana mesin digunakan dalam proses produksi. Selain itu mereka juga terlibat aktif dalam merancang pabrik untuk keperluan pemasangan mesin serta dalam pembangunannya. Yang menarik, sebagai rangkaian dari proses pembelian mesin impor ini ada juga persetujuan dan kesepakatan antara manajemen TJ dengan perusahaan pengimpor mesin ini bahwa teknisi dari perusahaan India dan Korea itu berkewajiban untuk memberikan training kepada teknisi TJ serta turut pula mendampingi mereka dalam proses awal dalam mengoperasikan, memelihara dan merawat mesin-mesin impor tadi.
Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan para teknisi dari Korea dan India benar-benar membantu para teknisi dari TJ untuk memahami dan menginternalisasi berbagai dokumen dan manual tentang mesin tekstil menjadi sebuah pemahaman dan pengetahuan yang dipahami betul oleh mereka dalam operasional sehari-hari. Dalam jargon yang sedikit berbau akademik, dalam fase ini terjadi proses pembelajaran dan transfer dari explicit knowledge dari teknisi dari India dan Korea menjadi tacit knowledge bagi teknisi-teknisi TJ. Tacit knowledge adalah pengetahuan yang sudah terinternalisasi dengan baik dan menjadi pengalaman sehari-hari yang tak mudah untuk dilupakan. Teknisi dari perusahaan Korea dan India tetap berada di TJ selama kurang lebih sebulan untuk membantu staf dan teknisi TJ dalam menjalankan pabrik serta membantu bila ada masalah-masalah yang terkait dengan operasionalisasi mesin itu. Dalam proses pendampingan ini teknisi TJ banyak belajar dari dialog-dialog kecil dan informal di pabrik, belajar dari pengalaman real dalam menyelesaikan masalah jika ada kerusakan mesin serta belajar pula bagaimana mengganti komponen-komponen yang kebetulan rusak.
Ketika teknisi asing tak lagi berada di TJ, jika terjadi sesuatu pada mesin seperti kerusakan pada suku cadang (spare part), mesin mati, rusak dan sejenisnya, dengan pengalaman yang terbatas dan peralatan yang seadanya tim teknisi dari TJ berusaha memperbaikinya sendiri dengan menggunakan manual mesin yang ada serta dari pengalaman 'on the job training' dari teknisi Korea dan India dulu. Tapi dalam banyak kasus, proses perbaikan dan penggantian komponen dan suku cadang banyak dilakukan dengan 'trial and error'. Melalui proses coba-coba ini teknisi-teknisi TJ semakin memperoleh pemahaman, pengetahuan dan pengalaman mengenai suku cadang, komponen serta keseluruhan bagian mesin. Karena lingkup pekerjaan yang semakin luas dan menuntut lebih banyak perhatian, maka tim teknisi TJ ini merekrut beberapa anggota baru yang telah berpengalaman tentang permesinan (bukan spesifik mesin tekstil) dari berbagai bengkel motor lokal disekitar lokasi pabrik. Anggota tim yang baru ini membawa semacam kegairahan baru dan dengan pengetahuan permesinan yang telah mereka miliki tim teknisi TJ kini memiliki 'knowledge base' yang lumayan mengenai bagaimana mengoperasikan, merawat serta memperbaiki mesin tekstil yang ada.
Seiring dengan berjalannya waktu, mesin tekstil yang digunakan TJ dalam operasionalisasinya sehari-hari semakin lama menjadi semakin usang. Suku cadang dan komponen semakin tua dan dari hari ke hari semakin sulit untuk diperbaiki. Banyak suku cadang dan komponen harus diganti baru. Tetapi masalahnya suku cadang dan komponen tersebut harus diimpor terlebih dahulu. Ada semacam 'krisis' atau kekalutan di sini. TJ di satu sisi tak mungkin untuk menunda operasi dan proses produksinya karena demikian besarnya permintaan tekstil dari pasar domestik. Di sisi yang lain untuk mengimpor komponen dan suku cadang mesin tekstil selain biayanya relatif mahal juga terdapat time lag dari saat memesan sampai barang itu tiba di pabrik TJ.
Untuk mengatasi masalah ini, pada tahun 1979 dua tim teknisi yang tadinya bertanggung jawab terhadap perawatan dan perbaikan mesin tekstil di Pemalang dan Pekalongan digabung oleh manajemen TJ menjadi satu unit tersendiri. Unit ini kemudian dijadikan embrio bagi lahirnya bengkel mesin kecil sebagai sebuah entitas yang terpisah dari TJ. Bengkel ini bermarkas di Kaliungu. Dengan menjadi sebuah entitas yang terpisah dari TJ, tanggungjawab dari entitas baru ini diperluas, bukan hanya sekedar untuk perawatan dan perbaikan dari mesin TJ saja akan tetapi juga untuk membuat spare part-nya. Jadi mulai terlihat pada saat itu, bahwa TJ di satu sisi tetap berkonsentrasi dalam menjalankan pabrik tekstil dan bengkel mesin di sisi yang lain bertanggung jawab untuk perawatan dan perbaikan mesin dan juga membuat spare parts dari mesin-mesin tekstil yang dimiliki TJ.
Membuat spare parts dan komponen mesin tekstil sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru bagi entitas atau unit baru ini, karena orang-orang yang terlibat di unit ini telah mempunyai cukup pengetahuan, pemahaman dan skill tentang mesin yang mereka dapat dari pengalaman merawat dan memperbaiki mesin sebelumnya. Dan dari pengalaman mereka itu banyak spare parts dan komponen telah mampu mereka ganti dan ciptakan tanpa sengaja dari proses trial and error sebagaimana disebutkan sebelumnya. Dalam proses penciptaan suku cadang dan komponen mesin tekstil ini, para teknisi tak menggunakan paten atau manual tertentu, cukup dengan menggunakan feeling saja. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ketika unit ini didirikan, para teknisi yang berkecimpung di dalamnya telah memiliki knowledge base yang memadai untuk membuat suku cadang dan komponen mesin tekstil. Dan itu semua mereka dapatkan dari pengalaman mereka selama ini dalam merawat mesin-mesin tekstil TJ.
B. Mengembangkan Mesin Tekstil Pertama Texmaco (1979-1985)
Pada akhir dekade 70-an, keadaan lingkungan eksternal maupun internal sangat mendukung untuk pengembangan bisnis Texmaco Grup. Lonjakan ekonomi akibat bonanza minyak memungkinkan ekonomi Indonesia terus tumbuh dan berkembang sangat pesat. Akibatnya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat Indonesia secara umum pun meningkat. Faktor-faktor ini tentu saja berimplikasi positif terhadap bisnis tekstil yang diindikasikan oleh semakin membanjirnya permintaan domestik terhadap tekstil. Keadaan ini semakin bertambah kondusif karena pemerintah terus memberikan insentif kepada para industrialist di industri tekstil seperti adanya pembebasan bea masuk untuk impor barang modal dan peralatan serta adanya keringanan bahkan pembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan tekstil.
Perkembangan lingkungan internal Texmaco Grup juga sangat menunjang dan menantang bagi perkembangan perusahaan secara umum. Pada tahun 1975 misalnya, karena permintaan domestik yang demikian tinggi terhadap produk-produk tekstil, Texmaco mendirikan pabrik garmen baru, PT Ungaran Sari Garment (USG) di Ungaran (Jawa Tengah). Selain itu divisi lain di Texmaco Jaya juga telah mampu mengembangkan benang dari polyester di tahun 1977. Divisi ini kemudian bermetamorfosis menjadi PT tersendiri yang bernama PT Texmaco Taman Syntetics (TTS) yang berlokasi di Kaliungu. Perkembangan ini tentu saja semakin merangsang dan mendorong Texmaco Jaya untuk terus maju dan meningkatkan volume produksinya.
Karena perkembangan lingkungan eksternal yang begitu kondusif bagi pengembangan aktivitas bisnis, serta telah mampunyai TTS yang mengembangkan benang dari polyester, prospek bisnis untuk Texmaco Grup terlihat semakin menjanjikan. Texmaco Grup kemudian merespon semua kondisi itu dengan membuka pabrik tekstil baru di Kaliungu pada tahun 1980. Lokasi pabrik baru ini persis di lokasi dimana bengkel mesin berada.
Dibukanya pabrik baru di Kaliungu ternyata membawa banyak implikasi. Dan diskusi antara manajemen TJ sebagai pengguna dari mesin-mesin tekstil dan para teknisi dari bengkel mesin, manajemen TJ menyadari bahwa untuk menaikkan volume produksi dan pada saat yang sama juga meningkatkan kualitas, TJ membutuhkan mesin tekstil yang lebih canggih untuk pabrik yang baru. Mesin tekstil yang selama ini ada sudah ketinggalan jaman dan tak bisa lagi memenuhi volume dan kualitas yang diharapkan oleh USG (perusahaan garmen Texmaco) dan para pelanggan lainnya. Walaupun kondisi makro memang kondusif, pasar tekstil domestik telah kelihatan jenuh. Pemerintah pun menyadari hal ini dan industri tekstil semakin diorientasikan untuk melayani pasar ekspor. Pemerintah mulai merubah strategi industrialisasinya dari substitusi impor kepada strategi pembangunan yang berorientasi ekspor. Adanya 'pemaksaan' untuk lebih mengorientasikan diri pada ekspor membuat manajemen TJ harus berbenah, karena pasar ekspor lebih 'cerewet' dan menginginkan tekstil yang lebih berkualitas. Kalau tetap ingin mendapat kemudahan dari pemerintah dengan berbagai insentif yang ada mau tidak mau TJ harus pula meningkatkan kualitas produknya.
Regulasi pemerintah yang membebaskan industri yang berorientasi ekspor termasuk industri tekstil dari bea masuk impor dan keringanan pajak untuk spare part, barang modal, intermediate goods, peralatan dan material dasar, benar-benar mempengaruhi dan memicu TJ sebagai salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia untuk menginvestasikan mesin tekstil yang lebih baik. Perlu juga dicatat bahwa keputusan untuk mengimpor mesin yang baru dan kualitas juga 'dipaksa' oleh peraturan pemerintah yang mencabut regulasi yang mengijinkan industrialist untuk mengimpor mesin tekstil bekas. Dengan kata lain, kalau industrialist mau tetap survive dan kompetitif, mau tidak mau mereka harus mengimpor mesin baru. Akibatnya, untuk pabrik tekstil baru di Kaliungu, Texmaco Jaya lalu mengimpor Picanol (rapier looms), mesin tekstil dari Belgia. Rapier looms ini memang merupakan mesin tekstil yang lebih baik dari shuttle looms yang selama ini dimiliki Texmaco Jaya dalam hal kecepatan maupun kapasitasnya.
Dalam proses merancang dan membangun pabrik tekstil yang baru di Kaliungu ini, sebuah tim dari Picanol datang dan bekerja bersama dengan tim dari bengkel mesin Texmaco. Teknisi dari Texmaco berperan aktif berdiskusi dengan tim dari Picanol dalam hal rancangan dan spesifikasi teknik dari peralatan yang diimpor dari Belgia ini. Diskusi secara informal ini terjadi lebih intensif karena teknisi dari bengkel Texmaco tak datang dengan kepala kosong' minta disuapin pengetahuan dari koleganya dari Belgia. Mereka telah mengakumulasi cukup knowledge base tentang mesin tekstil dari pengalaman mereka merawat, memperbaiki, dan membuat spare parts dari mesin-mesin yang selama ini menjadi tanggung jawab mereka.
Ketika para teknisi dari Picanol pergi, bengkel mesin Texmaco kini punya tanggung jawab yang lebih luas. Bengkel mesin kini tak hanya bertanggung jawab untuk memelihara, memperbaiki, dan membuat spare parts dari mesin-mesin lama (shuttle looms) untuk pabrik Texmaco di Pemalang dan Pekalongan saja, tetapi juga bertanggung jawab dalam hal merawat dan memperbaiki spare parts dari rapier looms yang ada di pabrik barunya di Kaliungu. Karena lingkup tugas dan tanggung jawabnya yang semakin luas, teknisi di bengkel mesin Texmaco menyadari bahwa peralatan mereka pun sudah soyogyanya diperbaharui pula. Karenanya pada tahun 1982 peralatan untuk bengkel mesin ini pun ditingkatkan dan dimodernisasi dengan dimilikinya peralatan dan perkakas yang lebih modern dan memiliki presisi yang lebih akurat. Adanya berbagai peralatan yang lebih baik dan modern ini menandai pula era baru dari bengkel mesin Texmaco. Bengkel mesin sederhana kini secara legal telah menjadi perusahaan sendiri yang terpisah dari Texmaco Jaya, dan diberi nama PT. Texmaco Perkasa Engineering (TPE).
Untuk memperkuat perusahaan baru ini, dua ekspatriat dari India yang mempunyai banyak pengalaman dan keahlian dalam merancang model spare parts dan komponen dipekerjakan. Karyawan baru yang lebih berpengalaman dan mempunyai latar belakang mesin tekstil semakin banyak direkrut. Kalau dijumlahkan total pekerja yang ada di TPE saat itu sekitar 60 orang. Adanya anggota baru dengan beragam pengalaman dan keahlian semakin meningkatkan knowledge base dari TPE yang selama ini ini sudah ada dalam hal operasionalisasi, perawatan, dan pembuatan spare parts dari mesin tekstil.
Karena memiliki peralatan dan perkakas yang lebih tepat, modern dan akurasinya lebih baik dalam hal membuat spare part, TPE dari hari ke hari semakin memperkuat kapasitas produksinya (production capacity). Dalam hal investasi misalnya, TPE kini tak hanya mampu memasang peralatan-peralatan standar untuk operasionalisasinya, tetapi juga telah mampu untuk membangun fasilitas workshop-nya sendiri. Dalam hal proses dan pengorganisasian manajemn produksi, TPE sebagai perusahaan tidak hanya mampu untuk melakukan operasi dan perawatan rutin saja tapi juga mampu meningkatkan efisiensi dari berbagai tugas yang ada. Perusahaan bahkan juga mampu membuat spare parts mesin dengan menggunakan model dan desain yang lebih tepat dengan presisi yang lebih akurat. Karena peningkatan pada kapasitas produksi dan juga dari ilmu dan keahlian yang didapat dari pengalaman membuat spare parts dengan menggunakan peralatan baru, perusahaan berhasil beradaptasi dan meningkatkan hasil operasinya. Hasilnya, TPE kini mampu memproduksi spare parts dan komponen yang kualitasnya lebih baik dan reliable untuk Texmaco Jaya.
Diperkenalkannya berbagai peralatan baru yang lebih canggih dan modern sebagai bagian dari investasi jangka panjang perusahaan, memungkinkan TPE memperoleh banyak pengetahuan, keahlian dan pengalaman baru yang berimplikasi kepada peningkatan performa produksinya. Umpan balik (feedbacks) dari proses pembelajaran ini memungkinkan TPE mengakumulasi kemampuan teknologi (technological capabilities). Dalam hal aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan investasi (investment activities) misalnya, perusahaan kini tak hanya menerima teknologi impor apa adanya, tetapi telah mampu melakukan evaluasi, memilah dan memilih teknologi dari sumber yang tepat dan dengan harga yang wajar untuk proses produksinya. Dalam hal pengorganisasian dan proses produksi (process and production organization), perusahaan kini tak hanya mampu melakukan operasi dan perawatan yang sifatnya rutin, tapi juga sudah mampu memperbaiki rancangan dan lay out dari workshop, meningkatkan dan memperbaiki prosedur perawatan mesin, melakukan proses adaptasi dengan berbagai peralatan yang baru serta meningkatkan efisiensi proses produksi dan lain sebagainya. Dapatlah dikatakan bahwa pada fase ini perusahaan telah mampu mengakumulasi kemampuan teknologi (technological capabilities) dalam hal-hal yang berkaitan dengan aktivitas investasi (investment activities), dalam pengorganisasian proses produksi (process and production organization), dan backward serta forward linkages. Keberhasilan perusahaan dalam mengakumulasikan kemampuan teknologi dalam berbagai kegiatan tadi memungkinkan perusahaan kemudian memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya, yang kemudian berimplikasi kepada semakin banyak dan menguatnya kapasitas produksi (production capacities) dan semua ini kemudian memungkinkan munculnya kemampuan-kemampuan teknologi yang baru.
Pembelajaran teknologi (technological learning) yang berbuah kemampuan teknologi (technological capabilities) dan proses perubahan teknis (technical change) yang berbuah peningkatan kapasitas produksi (production capacities) memberikan banyak sekali umpan balik kepada peningkatan kinerja perusahaan. Salah satunya adalah mulai timbul semacam kesadaran kolektif bahwa untuk maju dan kompetitif ke depan perusahaan harus memiliki sendiri peralatan dan fasilitas casting (cetakan) yang memadai. Tidaklah mengherankan jika pada tahun 1983 perusahaan kemudian melakukan diversifikasi aktivitasnya ke foundry, walaupun semua alat dan fasilitasnya memang masih sangat sederhana.
Adanya divisi khusus yang berkonsentrasi pada foundry di TPE memungkinkan TPE kemudian mampu untuk memiliki kontrol yang cukup ketat terhadap input dari suku cadang maupun komponen yang dihasilkan TPE. Akibatnya dari hari ke hari semakin banyak saja suku cadang dan komponen dengan kualitas yang baik yang mampu dihasilkan oleh TPE untuk Texmaco Jaya. Pada 1985 hampir semua suku cadang dan komponen dari mesin tekstil sudah dapat diproduksi oleh TPE dengan kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Dalam benak para teknisi TPE saat ini sudah mulai muncul kesadaran dan kepercayaan bahwa TPE sebenarnya sudah memiliki kemampuan untuk merakit bahkan membuat mesin tekstil secara utuh di TPE.
Keyakinan yang demikian besar yang membuncah dalam benak para teknisi TPE seakan menemukan maknanya ketika tahun 1985, banjir besar melanda Pemalang, lokasi di mana pabrik tekstil Texmaco Jaya berada. Mesin-mesin yang ada terendam dan rusak serta tak dapat lagi digunakan untuk beroperasi. Terjadilah semacam 'krisis' di TJ. TPE yang kebetulan bertanggungjawab dalam hal mengoperasikan, merawat dan memperbaiki mesin-mesin tekstil TJ diserahkan amanah untuk mengatasi masalah ini. Oleh karena selama ini TPE telah mampu mengakumulasi knowledge base yang memadai baik dalam hal kapasitas produksi (production capacities) maupun kemampuan teknologi (technological capabilities), TPE tak lantas merekomendasikan ke manajemen TJ untuk mengganti mesin-mesin yang rusak tadi dengan mesin-mesin yang baru. Tetapi mesin-mesin yang terendam tadi mulai dibongkar dan diperbaiki oleh teknisi-teknisi TPE. Satu demi satu komponen dan suku cadang mesin-mesin tekstil yang rusak tadi dicopot, dibongkar dan diperbaiki oleh teknisi-teknisi TPE. Setelah semua komponen dan suku cadang bisa diperbaiki teknisi-teknisi ini kemudian merakitnya menjadi sebuah mesin yang sama sekali baru dan lengkap!
Keberhasilan para teknisi TPE dalam membongkar, memperbaiki dan merakit mesin-mesin tekstil yang rusak tadi merupakan momentum penting bagi perkembangan inovasi teknologi di TPE selanjutnya. Teknisi TPE menemukan semacam gairah dan semangat baru bahwa kapasitas produksi dan kemampuan teknologi yang selama ini mereka memiliki telah mampu mengantarkan mereka pada sebuah era baru dimana mereka sebenarnya sudah mampu menciptakan mesin tekstil sendiri secara utuh. Dan karena hampir semua cuku cadang dan komponen mesin tekstil sudah mampu mereka produksi sendiri di TPE, maka pada tahun 1985 itu juga TPE kemudian menciptakan mesin tekstil sendiri made in Texmaco!
Karena sudah memiliki alat dan fasilitas foundry dan casting sendiri, semua mesin-mesin tekstil tua yang diimpor dari India pada tahun 1970 (Cooper dan Sun Rise) dilebur dan dicairkan di foundry sebagai bahan baku untuk mesin baru buatan Texmaco. Mesin-mesin baru yang merupakan hasil kerja teknisi-teknisi TPE kemudian menggantikan mesin-mesin impor India di pabrik-pabrik tekstil Texmaco di Pemalang dan Pekalongan.
Berhasilnya TPE membuat mesin tekstil buatan sendiri memungkinkan banyak sekali ilmu, umpan balik, pengalaman dan keahlian baru yang diperoleh teknisi-teknisi TPE. Selain itu masukan dari TJ sebagai pengguna mesin juga banyak memberi arti dan makna akan peningkatan kapasitas produksi dan kemampuan teknologi dari TPE selanjutnya.
Keberhasilan TPE dalam membuat mesin tekstil sendiri juga berpengaruh terhadap pertumbuhan TPE sebagai sebuah perusahaan. Karena dirasakan perkembangannya semakin pesat, aktivitas TPE kemudian dibagi ke dalam dua divisi besar yaitu foundry dan TPE yang 'lama' yang tetap melakoni aktivitas seperti machining, assembling, pattern, dan training. Marimutu Sinivasan pemilik dari Texmaco Grup menjadi presiden direktur TPE.
Munculnya aktivitas atau bagian 'training' secara khusus memang unik, karena selama ini sebagian besar dari training TPE memang dilakukan sambil jalan (on the job). Tetapi itu sebenarnya merupakan respon dari kampanye pemerintah, khususnya Departemen Tenaga Kerja yaitu Gugus Kendali Mutu (GKM), yang memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memberikan perhatian lebih serius kepada training untuk meningkatkan kapasitas karyawannya. Sebagai akibat dari GKM ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk TPE di dalamnya 'dipaksa' untuk merubah 'tacit knowledge' yang tadinya berada di benak para teknisi menjadi 'explicit knowledge' yang terkodifikasi dalam bentuk manual produksi, spesifikasi mesin, prosedur kerja, dsb. Explicit knowledge ini mengambil bentuk buku-buku petunjuk ringkas maupun pamflet-pamflet dan kertas kerja. Ketersediaan berbagai ilmu yang lebih jelas dan terperinci ini dalam bantuk manual dan buku yang memungkinkan proses pembelajaran dan penyebaran ilmu dan pengetahuan di dalam TPE menjadi lebih cepat dan semakin baik.
DR. Zulkieflimansyah, Ph.D. © 2010
Jumat, 04 Mei 2012
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
20 SIFAT WAJIB BAGI ALLAH SWT
1. Wujud : Artinya Ada
Yaitu tetap dan benar yang wajib bagi zat Allah Ta’ala yang tiada
disebabkan dengan sesuatu sebab. Maka wujud ( Ada ) – disisi Imam Fakhru
Razi dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi bukan ia a’in maujud dan bukan
lain daripada a’in maujud , maka atas qaul ini adalah wujud itu Haliyyah
( yang menepati antara ada dengan tiada) . Tetapi pada pendapat Imam
Abu Hassan Al-Ashaari wujud itu ‘ain Al-maujud , karena wujud itu zat
maujud karena tidak disebutkan wujud melainkan kepada zat. Kepercayaan
bahwa wujudnya Allah SWT. bukan saja di sisi agama Islam tetapi semua
kepercayaan di dalam dunia ini mengaku menyatakan Tuhan itu ada. Firman
Allah SWT. yang bermaksud :
” Dan jika kamu tanya orang-orang
kafir itu siapa yang menjadikan langit dan bumi nescaya berkata mereka
itu Allah yang menjadikan……………” ( Surah Luqman : Ayat 25 )
2. Qidam : Artinya Sedia
Pada hakikatnya menafikan ada permulaan wujud Allah SWT karena Allah
SWT. menjadikan tiap-tiap suatu yang ada, yang demikian tidak dapat
tidak keadaannya lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu itu. Jika
sekiranya Allah Ta’ala tidak lebih dahulu daripada tiap-tiap sesuatu,
maka hukumnya adalah mustahil dan batil. Maka apabila disebut Allah SWT.
bersifat Qidam maka jadilah ia qadim. Di dalam Ilmu Tauhid ada satu
perkataan yang sama maknanya dengan Qadim Yaitu Azali. Setengah ulama
menyatakan bahwa kedua-dua perkataan ini sama maknanya Yaitu sesuatu
yang tiada permulaan baginya. Maka qadim itu khas dan azali itu am. Dan
bagi tiap-tiap qadim itu azali tetapi tidak boleh sebaliknya, Yaitu
tiap-tiap azali tidak boleh disebut qadim. Adalah qadim dengan nisbah
kepada nama terbahagi kepada empat bagian :
· Qadim Sifati ( Tiada permulaan sifat Allah Ta’ala )
· Qadim Zati ( Tiada permulaan zat Allah Ta’ala )
· Qadim Idhafi ( Terdahulu sesuatu atas sesuatu seperti terdahulu bapa nisbah kepada anak )
· Qadim Zamani ( Lalu masa atas sesuatu sekurang-kurangnya satu tahun )
Maka Qadim Haqiqi ( Qadim Sifati dan Qadim Zati ) tidak harus dikatakan lain daripada Allah Ta’ala.
3. Baqa’ : Artinya Kekal
Sentiasa ada, kekal ada dan tiada akhirnya Allah SWT . Pada hakikatnya
ialah menafikan ada kesudahan bagi wujud Allah Ta’ala. Adapun yang lain
daripada Allah Ta’ala , ada yang kekal dan tidak binasa Selama-lamanya
tetapi bukan dinamakan kekal yang hakiki ( yang sebenar ) Bahkan kekal
yang aradhi ( yang mendatang jua seperti Arasy, Luh Mahfuz, Qalam,
Kursi, Roh, Syurga, Neraka, jisim atau jasad para Nabi dan Rasul ).
Perkara –perkara tersebut kekal secara mendatang tatkala ia bertakluq
dengan Sifat dan Qudrat dan Iradat Allah Ta’ala pada mengekalkannya.
Segala jisim semuanya binasa melainkan ‘ajbu Az-zanabi ( tulang kecil
seperti biji sawi letaknya di tungking manusia, itulah benih anak Adam
ketika bangkit daripada kubur kelak ). Jasad semua nabi-nabi dan jasad
orang-orang syahid berjihad Fi Sabilillah yang mana ianya adalah kekal
aradhi jua. Disini nyatalah perkara yang diiktibarkan permulaan dan
kesudahan itu terbahagi kepada 3 bagian :
· Tiada permulaan dan tiada kesudahan Yaitu zat dan sifat Alllah SWT.
· Ada permulaan tetapi tiada kesudahan Yaitu seperti Arash, Luh Mahfuz , syurga dan lain-lain lagi.
· Ada permulaan dan ada kesudahan Yaitu segala makhluk yang lain daripada perkara yang diatas tadi ( Kedua ).
4. Mukhalafatuhu Ta’ala Lilhawadith. Artinya : Bersalahan Allah Ta’ala dengan segala yang baharu.
Pada zat , sifat atau perbuatannya sama ada yang baru , yang telahada
atau yang belum ada. Pada hakikat nya adalah menafikan Allah Ta’ala
menyerupai dengan yang baharu pada zatnya , sifatnya atau perbuatannya.
Sesungguhnya zat Allah Ta’ala bukannya berjirim dan bukan aradh Dan
tiada sesekali zatnya berdarah , berdaging , bertulang dan juga bukan
jenis leburan , tumbuh-tumbuhan , tiada berpihak ,tiada bertempat dan
tiada dalam masa. Dan sesungguhnya sifat Allah Ta’ala itu tiada
bersamaan dengan sifat yang baharu karena sifat Allah Ta’ala itu qadim
lagi azali dan melengkapi ta’aluqnya. Sifat Sama’ ( Maha Mendengar )
bagi Allah Ta’ala berta’aluq ia pada segala maujudat tetapi bagi
mendengar pada makhluk hanya pada suara saja. Sesungguhnya di dalam
Al-Quraan dan Al-Hadith yang menyebut muka dan tangan Allah SWT. , maka
perkataan itu hendaklah kita iktiqadkan thabit ( tetap ) secara yang
layak dengan Allah Ta’ala Yang Maha Suci daripada berjisim dan Maha Suci
Allah Ta’ala bersifat dengan segala sifat yang baharu.
5. Qiyamuhu Ta’ala Binafsihi : Artinya : Berdiri Allah Ta’ala dengan sendirinya .
Tidak berkehendak kepada tempat berdiri ( pada zat ) dan tidak
berkehendak kepada yang menjadikannya Maka hakikatnya ibarat daripada
menafikan Allah SWT. berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang
menjadikannya. Allah SWT itu terkaya dan tidak berhajat kepada sesuatu
sama adapada perbuatannya atau hukumannya. Allah SWT menjadikan
tiap-tiap sesuatu dan mengadakan undang-undang semuanya untuk faedah dan
maslahah yang kembali kepada sekalian makhluk . Allah SWT menjadikan
sesuatu ( segala makhluk ) adalah karena kelebihan dan belas kasihannya
bukan berhajat kepada faedah. Allah SWT. Maha Terkaya daripada mengambil
apa-apa manafaat di atas kataatan hamba-hambanya dan tidak sesekali
menjadi mudharat kepada Allah Ta’ala atas sebab kemaksiatan dan
kemungkaran hamba-hambanya. Apa yang diperintahkan atau ditegah pada
hamba-hambanya adalah perkara yang kembali faedah dan manafaatnya kepada
hamba-hambaNya jua. Firman Allah SWT. yang bermaksud :
”
Barangsiapa berbuat amal yang soleh ( baik ) maka pahalanya itu pada
dirinya jua dan barangsiapa berbuat jahat maka balasannya (siksaannya )
itu tertanggung ke atas dirinya jua “. ( Surah Fussilat : Ayat 46 ).
Syeikh Suhaimi r.a.h berkata adalah segala yang maujudat itu dengan
nisbah berkehendak kepada tempat dan kepada yang menjadikannya,
terbahagi kepada empat bagian :
· Terkaya daripada tempat berdiri dan daripada yang menjadikannya Yaitu zat Allah SWT.
· Berkehendak kepada tempat berdiri dan kepada yang menjadikannya Yaitu segala aradh ( segala sifat yang baharu ).
· Terkaya daripada zat tempat berdiri tetapi berkehendak kepada
yang menjadikannya Yaitu segala jirim. ( Segala zat yang baharu ) .
· Terkaya daripada yang menjadikannya dan berdiri ia pada zat Yaitu sifat Allah Ta’ala.
6. Wahdaniyyah. Artinya : Esa Allah Ta’ala pada zat, pada sifat & pada perbuatan.
Maka hakikatnya ibarat daripada menafikan berbilang pada zat, pada
sifat dan pada perbuatan sama ada bilangan yang muttasil (yang berhubung
) atau bilangan yang munfasil ( yang bercerai ).
Makna Esa
Allah SWT pada zat itu Yaitu menafikan Kam Muttasil pada Zat ( menafikan
bilangan yang berhubung dengan zat ) seperti tiada zat Allah Ta’ala
tersusun daripada darah , daging , tulang ,urat dan lain-lain. Dan
menafikan Kam Munfasil pada zat ( menafikan bilangan yang bercerai pada
zat Allah Ta’ala )seperti tiada zat yang lain menyamai zat Allah Ta’ala.
Makna Esa Allah SWT pada sifat Yaitu menafikan Kam muttasil pada Sifat (
menafikan bilangan yang berhubung pada sifatnya ) Yaitu tidak
sekali-kali bagi Allah Ta’ala pada satu-satu jenis sifatnya dua qudrat
dan menafikan Kam Munfasil pada sifat ( menafikan bilangan –bilangan
yang bercerai pada sifat ) Yaitu tidak ada sifat yang lain menyamai
sebagaimana sifat Allah SWT. yang Maha Sempurna.
Makna Esa
Allah SWT pada perbuatan Yaitu menafikan Kam Muttasil pada perbuatan (
menafikan bilangan yang bercerai–cerai pada perbuatan ) Yaitu tidak ada
perbuatan yang lain menyamai seperti perbuatan Allah bahkan segala apa
yang berlaku di dalam alam semuanya perbuatan Allah SWT sama ada
perbuatan itu baik rupanya dan hakikatnya seperti iman dan taat atau
jahat rupanya tiada pada hakikat-nya seperti kufur dan maksiat sama ada
perbuatan dirinya atau perbuatan yang lainnya ,semuanya perbuatan Allah
SWT dan tidak sekali-kali hamba mempunyai perbuatan pada hakikatnya
hanya pada usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas. Maka wajiblah
bagi Allah Ta’ala bersifat Wahdaniyyah dan ternafi bagi Kam yang lima
itu Yaitu :
1. Kam Muttasil pada zat.
2. Kam Munfasil pada zat.
3. Kam Muttasil pada sifat.
4. Kam Munfasil pada sifat.
5. Kam Munfasil pada perbuatan.
Maka tiada zat yang lain , sifat yang lain dan perbuatan yang lain
menyamai dengan zat , sifat dan perbuatan Allah SWT . Dan tertolak
segala kepercayaan-kepercayaan yang membawa kepada menyekutukan Allah
Ta’ala dan perkara-perkara yang menjejaskan serta merusakkan iman.
7. Al – Qudrah : Artinya : Kuasa qudrah Allah SWT.
Memberi bekas pada mengadakan meniadakan tiap-tiap sesuatu. Pada
hakikatnya ialah satu sifat yang qadim lagi azali yang thabit ( tetap )
berdiri pada zat Allah SWT. yang mengadakan tiap-tiap yang ada dan
meniadakan tiap-tiap yang tiada bersetuju dengan iradah. Adalah bagi
manusia itu usaha dan ikhtiar tidak boleh memberi bekas pada mengadakan
atau meniadakan , hanya usaha dan ikhtiar pada jalan menjayakan sesuatu .
Kepercayaan dan iktiqad manusia di dalam perkara ini
berbagai-bagaiFikiran dan fahaman seterusnya membawa berbagai-bagai
kepercayaan dan iktiqad.
a. Iktiqad Qadariah :
Perkataan qadariah Yaitu nisbah kepada qudrat . Maksudnya orang yang
beriktiqad akan segala perbuatan yang dilakukan manusia itu sama ada
baik atau jahat semuanya terbit atau berpunca daripada usaha dan ikhtiar
manusia itu sendiri dan sedikitpun tiada bersangkut-paut dengan kuasa
Allah SWT.
b. Iktiqad Jabariah :
Perkataan Jabariah
itu nisbah kepada Jabar ( Tergagah ) dan maksudnya orang yang beriktiqad
manusia dan makhluk bergantung kepada qadak dan qadar Allah semata-mata
( tiada usaha dan ikhtiar atau boleh memilih samasekali ).
c. Iktiqad Ahli Sunnah Wal – Jamaah :
Perkataan Ahli Sunnah Wal Jamaahialah orang yang mengikut perjalanan
Nabi dan perjalanan orang-orang Islam Yaitu beriktiqad bahwa hamba itu
tidak digagahi semata-mata dan tidak memberi bekas segala perbuatan yang
disengajanya, tetapi ada perbuatan yang di sengaja pada zahir itu yang
dikatakan usaha dan ikhtiar yang tiada memberi bekas sebenarnya sengaja
hamba itu daripada Allah Ta;ala jua. Maka pada segala makhluk ada usaha
dan ikhtiar pada zahir dan tergagah pada batin dan ikhtiar serta usaha
hamba adalah tempat pergantungan taklif ( hukum ) ke atasnya dengan
suruhan dan tegahan ( ada pahala dan dosa ).
8. Iradah : Artinya : Menghendaki Allah Ta’ala.
Maksudnya menentukan segala mumkin ttg adanya atau tiadanya. Sebenarnya
adalah sifat yang qadim lagi azali thabit berdiri pada Zat Allah Ta’ala
yang menentukan segala perkara yang harus atau setengah yang harus atas
mumkin . Maka Allah Ta’ala yang selayaknya menghendaki tiap-tiap
sesuatu apa yang diperbuatnya. Umat Islam beriktiqad akan segala hal
yang telah berlaku dan yang akan berlaku adalah dengan mendapat
ketentuan daripada Allah Ta’ala tentang rezeki , umur , baik , jahat ,
kaya , miskin dan sebagainya serta wajib pula beriktiqad manusia ada
mempunyai nasib ( bagian ) di dalam dunia ini sebagaimana firman Allah
SWT. yang bermaksud : ” Janganlah kamu lupakan nasib ( bagian ) kamudi
dalam dunia ” . (Surah Al – Qasash : Ayat 77). Kesimpulannya ialah umat
Islam mestilah bersungguh-sungguh untuk kemajuan di dunia dan akhirat di
mana menjunjung titah perintah Allah Ta’aladan menjauhi akan segala
larangan dan tegahannyadan bermohon dan berserah kepada Allah SWT.
9. ‘Ilmu : Artinya : Mengetahui Allah Ta’ala .
Maksudnya nyata dan terang meliputi tiap-tiap sesuatu sama ada
yangMaujud (ada) atau yang Ma’adum ( tiada ). Hakikatnya ialah satu
sifat yang tetap ada ( thabit ) qadim lagi azali berdiri pada zat Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala Maha Mengetahui akan segala sesuatu sama ada
perkara. Itu tersembunyi atau rahasia dan juga yang terang dan nyata.
Maka ’ilmu Allah Ta’ala Maha Luas meliputi tiap-tiap sesuatu diAlam yang
fana’ ini.
10. Hayat . Artinya : Hidup Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap qadim lagi azali berdiri pada zat
Allah Ta’ala . Segala sifat yang ada berdiri pada zat daripada sifat
Idrak ( pendapat ) Yaitu : sifat qudrat, iradat , Ilmu , Sama’ Bashar
dan Kalam.
11. Sama’ : Artinya : Mendengar Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali berdiri
pada Zat Allah Ta’ala. Yaitu dengan terang dan nyata pada tiap-tiap yang
maujud sama ada yang maujud itu qadim seperti ia mendengar kalamnya
atau yang ada itu harus sama ada atau telah ada atau yang akan diadakan.
Tiada terhijab (terdinding ) seperti dengan sebab jauh , bising ,
bersuara , tidak bersuara dan sebagainya. Allah Ta’ala Maha Mendengar
akan segala yang terang dan yang tersembunyi. Sebagaimana firman Allah
Ta’ala yang bermaksud :
” Dan ingatlah Allah sentiasa Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
( Surah An-Nisa’a – Ayat 148 )
12. Bashar : Artinya : Melihat Allah Ta’ala .
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada yang qadim lagi azali
berdiri pada zat Allah Ta’ala. Allah Ta’ala wajib bersifat Maha Melihat
sama ada yang dapat dilihat oleh manusia atau tidak, jauh atau dekat ,
terang atau gelap , zahir atau tersembunyi dan sebagainya. Firman Allah
Ta’ala yang bermaksud : ” Dan Allah Maha Melihat akan segala yang mereka
kerjakan “. ( Surah Ali Imran – Ayat 163 )
13 .Kalam : Artinya : Berkata-kata Allah Ta’ala.
Hakikatnya ialah satu sifat yang tetap ada , yang qadim lagi azali ,
berdiri pada zat Allah Ta’ala. Menunjukkan apa yang diketahui oleh ilmu
daripada yang wajib, maka ia menunjukkan atas yang wajib sebagaimana
firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” Aku Allah , tiada tuhan melainkan
Aku ………”. ( Surah Taha – Ayat 14 ) Dan daripada yang mustahil
sebagaimana firman Allah Ta’ala yang bermaksud : ” ……..( kata orang
Nasrani ) bahwasanya Allah Ta’ala yang ketiga daripada tiga……….”. (Surah
Al-Mai’dah – Ayat 73). Dan daripada yang harus sebagaimana firman Allah
Ta’ala yang bermaksud : ” Padahal Allah yang mencipta kamu dan
benda-benda yang kamu perbuat itu”. (Surah Ash. Shaffaat – Ayat 96).
Kalam Allah Ta’ala itu satu sifat jua tiada berbilang. Tetapi ia
berbagai-bagai jika dipandang dari perkara yang dikatakan Yaitu :
1. Menunjuk kepada ‘amar ( perintah ) seperti tuntutan mendirikan solat dan lain-lain kefardhuan.
2. Menunjuk kepada nahyu ( tegahan ) seperti tegahan mencuri dan lain-lain larangan.
3. Menunjuk kepada khabar ( berita ) seperti kisah-kisah Firaundan lain-lain.
4. Menunjuk kepada wa’ad ( janji baik ) seperti orang yang taat dan beramal soleh akan dapat balasan syurga dan lain-lain.
5. Menunjuk kepada wa’ud ( janji balasan siksa ) seperti orang
yang mendurhaka kepada ibu & bapak akan dibalas dengan azab siksa
yang amat berat.
14. Kaunuhu Qadiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkuasa Mengadakan Dan Mentiadakan.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Qudrat.
15.Kaunuhu Muridan : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala , tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Iradat.
16.Kaunuhu ‘Aliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mengetahui akan Tiap-tiap sesuatu.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat ‚Ilmu.
17.Kaunuhu Hayyun : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Hidup.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Hayat.
18.Kaunuhu Sami’an : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Mendengar akan tiap-tiap yang Maujud.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum, Yaitu lain daripada sifat Sama’.
19.Kaunuhu Bashiran : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Melihat akan tiap-tiap yang Maujudat ( Benda yang ada ).
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Bashar.
20.Kaunuhu Mutakalliman : Artinya : Keadaan Allah Ta’ala Yang Berkata-kata.
Hakikatnya Yaitu sifat yang berdiri dengan zat Allah Ta’ala, tiada ia
maujud dan tiada ia ma’adum , Yaitu lain daripada sifat Kalam.
Langganan:
Postingan (Atom)