*☻Dosa kepada Orang Tua☻*
Renungkakn lah♥♥♥♥♥
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ ♥
Cerita Ini di Kutip dari Tulisan Seorang Sahabat yang pantas direnungi
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ ♥
Maafkan Salahku , Ibu…
Hukum kekekalan energi dan semua agama menjelaskan bahwa apa pun yang
kita lakukan pasti akan dibalas sempurna kepada kita. Apabila kita
melakukan energi positif atau kebaikan maka kita akan mendapat balasan
berupa kebaikan pula. Begitu pula bila kita melakukan energi negatif
atau keburukan maka kitapun akan mendapat balasan berupa keburukan pula.
Kali ini izinkan saya menceritakan sebuah pengalaman pribadi yang
terjadi pada 2003.
Pada September – Oktober 2003 isteri saya
terbaring di salah satu rumah sakit di Jakarta . Sudah tiga pekan para
dokter belum mampu mendeteksi penyakit yang diidapnya. Dia sedang hamil 8
bulan. Panasnya sangat tinggi. Bahkan sudah satu pekan isteri saya
telah terbujur di ruang ICU. Sekujur tubuhnya ditempeli kabel-kabel yang
tersambung ke sebuah layar monitor.
Suatu pagi saya dipanggil oleh dokter yang merawat isteri saya. Dokter berkata :
“Pak Jamil, kami mohon izin untuk mengganti obat ibu”.
Saya pun menjawab “Mengapa dokter meminta izin saya? Bukankan setiap
pagi saya membeli berbagai macam obat di apotek dokter tidak meminta
izin saya”
Dokter itu menjawab “Karena obat yang ini mahal Pak Jamil.”
“Memang harganya berapa dok?” Tanya saya.
Dokter itu dengan mantap menjawab “Dua belas juta rupiah sekali suntik.”
“Haah… 12 juta rupiah Dok, lantas sehari berapa kali suntik, dok?”
Dokter itu menjawab, “Sehari tiga kali suntik pak Jamil.”
Setelah menarik napas panjang saya berkata, “Berarti satu hari… tiga puluh enam juta, Dok?”
Saat itu butiran air bening mengalir di pipi. Dengan suara bergetar
saya berkata, “Dokter tolong usahakan sekali lagi mencari penyakit
isteriku, sementara saya akan berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar
penyakit istri saya segera ditemukan.”
“Pak Jamil kami sudah
berusaha semampu kami bahkan kami telah meminta bantuan berbagai
laboratorium dan penyakit istri Bapak tidak bisa kami deteksi secara
tepat, kami harus sangat hati-hati memberi obat karena istri Bapak juga
sedang hamil 8 bulan, baiklah kami akan coba satu kali lagi tapi kalau
tidak ditemukan kami harus mengganti obatnya, pak.” jawab dokter.
Setelah percakapan itu usai, saya pergi menuju mushola kecil dekat
ruang ICU. Saya melakukan sembahyang dan saya berdoa, “Ya Allah Ya
Tuhanku… aku mengerti bahwa Engkau pasti akan menguji semua hamba-Mu,
akupun mengerti bahwa setiap kebaikan yang aku lakukan pasti akan Engkau
balas dan akupun mengerti bahwa setiap keburukan yang pernah aku
lakukan juga akan Engkau balas.
Ya Tuhanku… gerangan keburukan
apa yang pernah aku lakukan sehingga Engkau uji aku dengan sakit
isteriku yang berkepanjangan, tabunganku telah terkuras, tenaga dan
pikiranku begitu lelah. Berikan aku petunjuk Ya Tuhanku. Engkau Maha
Tahu bahkan Engkau mengetahui setiap guratan urat di leher nyamuk. Dan
Engkaupun mengetahui hal yang lebih kecil dari itu. Aku pasrah kepada Mu
Ya Tuhanku. Sembuhkanlah istriku. Bagimu amat mudah menyembuhkan
istriku, semudah Engkau mengatur milyaran planet di jagat raya ini.”
Ketika saya sedang berdoa itu tiba-tiba terbersit dalam ingatan akan
kejadian puluhan tahun yang lalu. Ketika itu, saya hidup dalam keluarga
yang miskin papa. Sudah tiga bulan saya belum membayar biaya sekolah
yang hanya Rp. 25 per bulan. Akhirnya saya memberanikan diri mencuri
uang ibu saya yang hanya Rp. 125. Saya ambil uang itu, Rp 75 saya
gunakan untuk mebayar SPP, sisanya saya gunakan untuk jajan.
Ketika ibu saya tahu bahwa uangnya hilang ia menangis sambil terbata
berkata, “Pokoknya yang ngambil uangku kualat… yang ngambil uangku
kualat…” Uang itu sebenarnya akan digunakan membayar hutang oleh ibuku.
Melihat hal itu saya hanya terdiam dan tak berani mengaku bahwa sayalah
yang mengambil uang itu.
Usai berdoa saya merenung,
“Jangan-jangan inilah hukum alam dan ketentuan Yang Maha Kuasa bahwa
bila saya berbuat keburukan maka saya akan memperoleh keburukan. Dan
keburukan yang saya terima adalah penyakit isteri saya ini karena saya
pernah menyakiti ibu saya dengan mengambil uang yang ia miliki itu.”
Setelah menarik nafas panjang saya tekan nomor telepon rumah dimana ibu saya ada di rumah menemani tiga buah hati saya.
Setelah salam dan menanyakan kondisi anak-anak di rumah, maka saya bertanya kepada ibu saya :
“Bu, apakah ibu ingat ketika ibu kehilangan uang sebanyak seratus dua puluh lima rupiah beberapa puluh tahun yang lalu?”
“Sampai kapanpun ibu ingat Mil. Kualat yang ngambil duit itu Mil, duit
itu sangat ibu perlukan untuk membayar hutang, kok ya tega-teganya ada
yang ngambil,” jawab ibu saya dari balik telepon.
Mendengar jawaban itu saya menutup mata perlahan, butiran air mata mengalir di pipi.
Sambil terbata saya berkata, “Ibu, maafkan saya… yang ngambil uang itu
saya, bu… saya minta maaf sama ibu. Saya minta maaaaf… saat nanti ketemu
saya akan sungkem sama ibu, saya jahat telah tega sama ibu.”
Suasana hening sejenak. Tidak berapa lama kemudian dari balik telepon saya dengar ibu saya berkata:
“Ya Tuhan, pernyataanku aku cabut, yang ngambil uangku tidak kualat,
aku maafkan dia. Ternyata yang ngambil adalah anak laki-lakiku. Jamil
kamu nggak usah pikirin dan doakan saja isterimu agar cepat sembuh.”
Setelah memastikan bahwa ibu saya telah memaafkan saya, maka saya akhiri percakapan dengan memohon doa darinya.
Kurang lebih pukul 12.45 saya dipanggil dokter, setibanya di ruangan
sambil mengulurkan tangan kepada saya sang dokter berkata :
“Selamat
pak, penyakit isteri bapak sudah ditemukan, infeksi pankreas. Ibu telah
kami obati dan panasnya telah turun, setelah ini kami akan operasi
untuk mengeluarkan bayi dari perut ibu.
Bulu kuduk saya merinding mendengarnya, sambil menjabat erat tangan sang dokter saya berkata.
“Terima kasih dokter, semoga Tuhan membalas semua kebaikan dokter.”
Saya meninggalkan ruangan dokter itu…. dengan berbisik pada diri sendiri : “Ibu, I miss you so much.” ♥♥♥♥♥♥
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬♥ — di "Rumah Penuh Cerita."
Diposkan oleh
Do
Tidak ada komentar:
Posting Komentar